Beliau bercerita bahwasanya beliau membangun museum ini dengan tujuan hanya untuk mengabadikan barang-barang peninggalan yang tersisa akibat eurupsi gunung merapi tahun 2010 silam. Setelah beberapa lama banyak pengunjun yang datang lalu tempat tersebut dijadikanlah Museum yang memiliki sisa harta Pak Kimin didalam nya,dari situ lah nama "Museum Sisa Hartaku" diambil.
Seiring berjalannya waktu pemerintah setempat ikut turun tangan untuk membantu membangun museum ini dan resmi dijadikan tempat atau objek wisata baru untuk mengabadikan Bencana Meletus nya Gunung Merapi tahun 2010.
Proses mengumpulan barang-barang,fosil-fosil hewan ternak yang terbakar,ataupun segaka macam foto-foto letudan gunung merapi bukanlah waktu yang singkat bagi Bapak Kimin untuk melakukannya. Tahap demi tahap Ia lakukan agar semua barang bisa terususun rapi dan tidak merusak atau bahkan merubah nya smaa sekali seperti bentuk pertama kali barang-barang tersebut terbakar lahar yang panas itu.
Setelah pemerintah ikut turun tangan dalam membangun museum ini barulan banyak barang-barang sepeninggalan musibah tersebut yang ikut datang bergabung untuk di pasang pada museum ini.
Bapak Kimin tidak hanya menceritakan tentang berdirinya Museum Sisa Hartaku ini tetapi beliau juga menceritakan bagaikan proses terjadinya bencana besar itu berlangsung.Â
Beliau menceritakan sangat detail bagaimana genting dan mencekamnya situasi pada saat itu. Dimulai dari suhu udara yang berubah drastis sampai pada kegaduhan saat pemerintah menghimbau semua warga agar segera berpindah dan meninggalkan rumah masing-masing lalu segera menuju tempat evakuasi.Â
Proses evakuasi dini tak berjalan lancar begitu saja,banyak sekali warga yang menolak diadakannya evakuasi karena mereka tak mau meninggalkan rumah,harta benda nya maupun hewan ternak kesayangan nya.
Keluarga dari Bapak Kimin sendiri tak semuanya selamat,banyak yang hilang karena keadaan pada saat itu sangatlah kacau dan mengerikan,banyak korban jiwa yang terletan pada bencana itu,yang paling terkenal bisa kita asebut dengan Mbah Maridjan sang juru kunci Gunung Merapi yang wafat pada peristiwa mengenaskan ini.Â
Mayat Mbak Maridjan yang ditemukan telat mematung akibat Almarhum tak mau meninggalkan tempat yang berpotensi tinggi terkena semburan lahar panas. Mayat yang ditemukan membentuk posisi sujud yang artinya Almarhum wafat dengan keadaan demikian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H