Mohon tunggu...
Luthfiah Rima Hayati
Luthfiah Rima Hayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi di Universitas Riau

Seorang mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang tertarik pada dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bagaimana Kehidupan yang Kalian Inginkan?

14 Januari 2024   22:53 Diperbarui: 14 Januari 2024   23:02 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : edited on Canva

10 tahun berlalu tanpa sahabatnya. Rila lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah sakit 2 tahun terakhir ini. Kanker tidak tahu diri itu malah hidup di tubuhnya. Keluarganya sudah berusaha untuk kesembuhan putri mereka hingga akhirnya Rila pergi membawa rasa sakitnya. 

Pandangan gadis manis itu kembali ke keramaian di bawah sana. Menatap nanar pada dunia yang sebentar lagi akan dia tinggalkan. Besok hari pemakamannya dan dia akan pulang ke rumah malam ini. Dari dulu Rila bertanya–tanya, siapa saja yang akan bersedih pada saat kematiannya? Suara tangisan memenuhi kawasan rumah dengan cat putih itu. Ibunya sedari tadi tak henti–hentinya menangis. Semua keluarganya berkumpul. Seorang laki–laki dengan mata sembap menjadi perhatian gadis itu.

“Maaf membiarkan kamu pergi sendirian,” katanya. Sebuah buket bunga berada di genggaman laki–laki itu. 

Rila tersenyum, “Terima kasih, Abang. Maaf mendahului kamu.”

Pemakaman berlangsung dengan diiringi cuaca mendung. Rila menatap tanah yang di dalamnya ada tubuhnya. Dia pun tersenyum. Rila pergi dari pemakaman itu untuk ke sebuah tempat.

“Kamu percaya aku kan, Gia?” tanya seorang gadis dengan tatapan memohon.

Setelah semua yang dikatakan manusia tembus pandang di depannya ini, bagaimana Gia tidak percaya. Air mata wanita itu mengalir sendirinya. Dia ingin memeluk Rila, memeluk sahabat keduanya yang cerewet itu. Rila mendatangi rumah Gia. Wanita itu sudah bahagia, Rila ikut bahagia mengetahui fakta itu. Gia sudah punya keluarga kecil. Dia meminta maaf karena tidak pernah menghubungi Rila. Wanita itu sempat koma berbulan–bulan karena kecelakaan, dia bahkan tidak menyelesaikan studinya di kampus.

“Kamu ingat janji kita, kan? Penuhin janji itu, Gia. Bantu aku kembali dengan tenang,” ucap Rila memohon. Gia hanya menganggukkan kepala sambil terus mengusap air matanya.

“Aku tau di mana Aini. Kita pergi sekarang. Aku mau nitipin anakku dulu, ya,” ucap Gia sambil pergi meninggalkan Rila sendiri di ruang tamu rumahnya.

Rila memperhatikan bagaimana Gia yang dulunya anti pada anak–anak memandang sayang pada buah hatinya. Gadis jutek yang dia kenal beberapa tahun yang lalu telah berubah. Tetapi rasa hangatnya, masih tetap sama.

“Maafin aku, Rila,” ucap Aini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun