Mohon tunggu...
LUTHFI AFIFY
LUTHFI AFIFY Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA ULM

Mahasiswa Geografi, FISIP - ULM Angkatan 2021

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar

Daerah Istimewa Gudeg Kota Yogyakarta

5 September 2024   21:15 Diperbarui: 5 September 2024   21:23 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joglosemar. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com

Dari situ munculah gudeg kering, gudeg kering dimasak dalam waktu yang lebih lama hingga kuahnya mengering dan warnanya lebih kecoklatan. Rasanya juga lebih manis. Gudeg jenis ini bisa tahan hingga 24 jam atau bahkan lebih jika dimasukkan ke dalam lemari es sehingga banyak yang menjadikannya buah tangan.

Seiring berkembangnya zaman, gudeg yang dulu hanya di jajakan di lesehan sekarang mampu merangkak keatas dari yang dijual di lesehan atau kaki lima menjadi sebuah warung bahkan restoran-restoran. Penikmat gudeg sediri sudah terbagi-bagi dari yang lesehan warung hingga restoran gudeg selalu diminati dari kalangan anak-anak sampai orang tua. Bahkan hotel bintang lima pun mulai menyajikan menu gudeg dalam menu mereka. Makanan ini sudah menjadi asset makanan nasional dan dikenal secara global karena cita rasanya yang unik dan menarik.

Menurut Rizki Nurindiani Nostalgic Gustatory merupakan istilah yang tepat untuk mewakili keistimewaan Yogyakarta dan gudegnya. Nostalgic Gustatory adalah bagaimana makanan bisa memunculkan suatu kenangan yang luar biasa. Melihat berkembangnya industri kuliner (terutama yang bersanding dengan industri pariwisata) di Yogyakarta, gustatory nostalgia memiliki peran yang besar. Munculnya warung makan legendaris sangat dipegaruhi oleh gustatory nostalgia dari orang-orang yang pernah berkunjung atau tinggal di Yogyakarta.

Makanan yang awalnya terasa biasa saja menjadi fantastis ketika muncul kenangan-kenangan yang mengaitkan dirinya dengan romantisme masa lalu. Meski begitu, warung-warung yang tadinya biasa tapi kerap dikunjungi oleh orang-orang tadi tidak lantas menjadi legenda. 

Mereka memetik hasilnya justru setelah bertahun-tahun kemudian -- ketika 'alumni' pelanggan warung tadi telah merantau ke berbagai tempat, lalu kembali sambil 'mencicipi' masa lalunya, dan kemudian bercerita. Kota Yogyakarta memberikan kenangan pada warga maupun pendatangnya. 

Banyak musisi yang menjadikan Kota Yogyakarta sebagai judul karya mereka. Rata-rata perantau tinggal di Yogyakarta tiga sampai lima tahun untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Setalah mereka kembali mereka menceritakan kenangan dan keunikan tentang Kota Yogyakarta kepada kerabat maupun orang-orang dekat mereka. Dengan begitu pesona Yogyakarta disalurkan melalui mulut kemulut dari para perantau yang pernah tinggal di Yogyakarta.

Menurut Murdiyati Garjito berdirinya Universitas Gadjah Mada pada tahun 1949 mempengaruhi perkembangan gudeg di Yogyakarta. Banyak masyarakat yang menjajakan gudeg di sekitar UGM sehingga banyak pegawai maupun mahasiswa yang menjadikan gudeg sebagai makanan sehari-hari mereka. Selain harganya yang murah gudeg memiliki rasa yang cocok untuk lidah orang Jawa dan bahannya yang mudah di dapatkan sehingga keberadaan gudeg bisa terus eksis sebagai makanan rakyat yang favorit.

Sebagai Kota Pedidikan selain UGM Kota Yogyakarta memiliki lebih dari seratus Perguruan Tinggi, baik Universitas, Institute maupun Perguruan Tinggi. Dari situlah Yogyakarta banyak menjadi tujuan perantauan dalam menuntut ilmu. Menuut Rizky Nurindiyani para perantau juga memiliki peran yang penting dalam mencicip rasa gudeg dan membawa cerita itu pulang. Banyak perantau yang menjadikan gudeg sebagai buah tangan saat mereka kembali pulang. Walaupun terkesan kecil tapi jika dilakukan oleh banyak orang itu bisa menjadi gerakan yang masif.

Gudeg bisa berkembang karena cerita-cerita para perantau, bahwa di 7 Op. Cit. Murdijati Gardjito. hal. 23 8 Kota Yogyakarta itu ada gudeg dan itu adalah makanan khasnya. Selain dari cerita tersebut gudeg juga didukung oleh pariwisata yang menjadi salah satu ikon Yogyakarta. Para perantau yang tinggal di Yogyakarta memiliki kenangan tersendiri tentang Kota tersebut, salah satunya kenangan tentang rasa gudeg itu sendiri. gustatory nostalgia memiliki peran yang besar. 

Munculnya warung makan legendaris sangat dipegaruhi oleh gustatory nostalgia dari orang-orang yang pernah berkunjung atau tinggal di Yogyakarta. Makanan yang awalnya terasa biasa saja menjadi fantastis ketika muncul kenangan-kenangan yang mengaitkan dirinya dengan romantisme masa lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun