Mohon tunggu...
Luthfia NurAndhita
Luthfia NurAndhita Mohon Tunggu... Mahasiswa - LUTHFIA ANDHITA

LA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan Generasi Z dan Era Digital

21 Juni 2021   17:20 Diperbarui: 21 Juni 2021   17:42 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

    Kemudian, dilansir dari tirto.id saat sedang maraknya demo situs resmi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia dengan alamat dpr.go.id sempat diretas oleh orang tidak dikenal. Peretas mengubah nomenklatur "Dewan Perwakilan Rakyat" menjadi "Dewan Pengkhianat Rakyat". Insiden adanya peretasan ini juga dibenarkan oleh Sekretaris Jenderal DPR RI Indra Iskandar yang meyebutkan bahwa peretasan itu terjadi pada hari Senin, 5 Oktober 2020 sore tepatnya setelah disetujuinya Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang pada rapat Paripurna.

    Dari permasalhan diatas kita bisa melihat bahwa generasi Z memang tidak mengenal batas dalam hal teknologi. Meski yang dilakukan oleh oknum peretas tersebut tidak bisa dibenarkan namun disini kta bisa melihat bahwa generasi Z memang tidak bisa dianggap remeh dalam penggunaan era digital.

    Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) definisi remaja yaitu berusia 10-24 tahun maka saat ini remaja Indonesia bukanlah generasi milineal tetapi mayoritas merupakan generasi Z. ditahun 2020, proyeksi BPS menunjukan bahwa proposi generasi Z meningkat ssemakin besar dan akan mulai masuk dalam dunia kerja, dunia pendidikan tinggi dan akan mulai untuk memikirkan untuk membina rumah tangga.

Dalam Gen Z at Work: How The Next Generation Is Transforming the Workplace karya David Stillman dan Jonah Stillman menyebutkan daa 7 karakteristik yang khas yang dimiliki oleh generais Z yang membedakannya dengan generasi-generasi terdahulu yaitu;

Figital: Remaja generasi Z beranggapan dunia virtual dan dunia nyata satu kesatuan karena apa yang ada didunia virtual cenderung nyata dan memang terjadi di dunia nyata. Generasi Z juga pandai untutk beradaptasi terhadap perkembangan era digital sehingga generasi Z seringkali memberikan solusi akan suatu permasalahan yang terjadi. 

Hiper-Kustomisasi: Remaja generasi Z sangat berusaha agar dikenal dunia sebagai individu yang berbeda, unik dan menarik.

Realistis: Remaja generasi Z tidak mau bersusah payah dalam melakukan sesuatu. Mereka cenderung melakukan sesuatu yang memang ingin mereka lakukan sesuai dengan keinginan, kemampuan dan kebutuhan mereka.

FOMO: Remaja generasi Z yang dibanjiri oleh teknologi sehingga mereka sangat takut untuk ketinggalan informasi. Mereka selau menjadi yag terdepan dalam trend an kompetisi.

Weconomist: Remaja generasi Z percaya bahwa teknologi berkaitan dengan ekonomi berbagi, misalnya adanya gojek yang marak ditengah masyarakat.

DIY: Remaja generasi Z merupakan para remaja yang mandiri, mereka meyakini 'do-it-yourself' atau lakukan sendiri dapat mempermudah segaala urursana dengan lebih cepat dan baik.

Terpacu: Remaja generasi Z meyakini adanya pemenang dan pecundang karena mereka siap dan giat dalam berompetitif. Mereka tidak mudah goyah dan laju pertumbuhannya sulit untuk dikejar sehingga menjadikan generasi Z sebagai generasi yang terpacu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun