Mohon tunggu...
Luthfia NurAndhita
Luthfia NurAndhita Mohon Tunggu... Mahasiswa - LUTHFIA ANDHITA

LA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan Generasi Z dan Era Digital

21 Juni 2021   17:20 Diperbarui: 21 Juni 2021   17:42 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

TUGAS PENDIDIKAN KELUARGA

Nama : Santia Indah Saputri 

Nim: 20005059

Dosen Pengampu : Ismaniar Spd. Mpd.

Kehidupan zaman sekarang itu sangat dipengaruhi oleh teknologi. Mungkin, hampir 90% kegiatan sehari-hari manusia pada zaman sekarang sangat dipengaruhi oleh era digital.  Era digital merupakan suatu era dimana kondisi kehidupan atau zaman yang semua kegiatan yang mendukung kehidupan sudah dipermudah dengan adanya keberadaan teknologi. Bisa dikatakan juga bahwa era digital hadir untuk menggantikan beberapa teknologi masa lalu agar jadi lebih praktis dan modern di masa sekarang. Era digital ini memengaruhi semua golongan masyarakat mulai dari masyarakat bawah hingga atas. Pengaruh tersebut misalnya seperti memengaruhi bagaimana seseorang pada masa itu dalam bertindak dan bersikap kedepannya.

    Dampak pengaruh dari perkembangan teknologi tersebut lebih banyak dirasakan oleh generasi Z. Siapa itu generasi Z? Generasi Z adalah remaja yang lahir  pada tahun 1995 sampai 2000-an yang mana pada generasi ini remaja sejak bayinya telah terbiasa akan keberadaan era digital. Pada zaman generasi Z ini bahkan smartphone sudah banyak digunakan untuk bermain sehingga permainan-permainan tradisional mulai ditinggalkan.

    Bagi generasi Post-Milineal ini adanya laju perkembangan era digital bukan lah merupakan suatu yang perlu diperbincangkan karena generasi pada era ini memang sudah terbiasa akan penggunaan berbagai teknologi dalam kehidupan sehari-harinya. Berbeda dengan era-era generasi sebelumnya yang sering takjub dengan setiap perkembangan era suatu teknologi. Pada era generasi Z ini benar-benar bisa dikatakan bahwa remaja sangat santai terhadap kemajuan teknologi dan informasi.

    Remaja yang termasuk pada generasi Z biasanya lebih cekapan untuk berdaptasi dengan situasi apapun. Dengan kemampuan menggunakan teknologi yang fasih maka generasi Z ini yang sangat mudah berbaur dengan perkembangan era digital sehingga membuat generasi Z menjadi orang-orang yang berwawasan luas, ambisius dan cenderung berpikir secara instan.

    Karena memang era digital ini sangat berpengaruh di dalam kehidupan generasi Z maka era digital ini menyebabkan generasi Z haus akan pengakuan, cinta kebebasan, menghargai berbagai keanekaragaman dan cermat serta teliti pada suatu hal yang detail.

    Generasi Z ini juga tidak akan segan-segan untuk menarik media massa untuk mendapatkan dukungan akan sesuatu hal dengan memanfaatkan era digital. Contohnya saja, pada saat adanya penolakan terhadap Undang-Undang Cipta Kerja banyak generasi Z yang memanfaatkan perkembangan era digital yaitu internet dan semartphone untuk saling berbagi informasi, dukungan dan solusi untuk mengatasi penolakan tersebut. Pada saat itu mahasiswa dan beberapa komunitas sempat berdemo di depan gedung DPR di beberapa daerah di Indonesia dengan serentak misalnya seperti di Jakarta, Yogyakarta, Padang, Bandung, Medan, Lampung, Pontianak dan masih banyak lagi.

    Hal ini sebelumnya telah diinformasikan dan direncanakan oleh berbagai perwakilah di setiap Universitas yang ada di Indonesia untuk serentak ikut berdemo menolak Undang-Undang Cipta Kerja. Dari contoh diatas kita telah mengetahui bahwa generasi Z memang cekatan jika menyangkut pemanfaatan era digital. Informasi akan demo tentunya tidak mungkin disampaikan saat setiap perwakilah dari berbagai provinsi di Indonesia harus berkumpul di suatu daerah. Selain jarak dan biaya yang mahal masalah Covid-19 yang pada saat itu masih menjadi permasalahan di Indonesia juga tidak memungkinkan untuk membuat generasi Z berpergian.

    Kemudian, dilansir dari tirto.id saat sedang maraknya demo situs resmi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia dengan alamat dpr.go.id sempat diretas oleh orang tidak dikenal. Peretas mengubah nomenklatur "Dewan Perwakilan Rakyat" menjadi "Dewan Pengkhianat Rakyat". Insiden adanya peretasan ini juga dibenarkan oleh Sekretaris Jenderal DPR RI Indra Iskandar yang meyebutkan bahwa peretasan itu terjadi pada hari Senin, 5 Oktober 2020 sore tepatnya setelah disetujuinya Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang pada rapat Paripurna.

    Dari permasalhan diatas kita bisa melihat bahwa generasi Z memang tidak mengenal batas dalam hal teknologi. Meski yang dilakukan oleh oknum peretas tersebut tidak bisa dibenarkan namun disini kta bisa melihat bahwa generasi Z memang tidak bisa dianggap remeh dalam penggunaan era digital.

    Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) definisi remaja yaitu berusia 10-24 tahun maka saat ini remaja Indonesia bukanlah generasi milineal tetapi mayoritas merupakan generasi Z. ditahun 2020, proyeksi BPS menunjukan bahwa proposi generasi Z meningkat ssemakin besar dan akan mulai masuk dalam dunia kerja, dunia pendidikan tinggi dan akan mulai untuk memikirkan untuk membina rumah tangga.

Dalam Gen Z at Work: How The Next Generation Is Transforming the Workplace karya David Stillman dan Jonah Stillman menyebutkan daa 7 karakteristik yang khas yang dimiliki oleh generais Z yang membedakannya dengan generasi-generasi terdahulu yaitu;

Figital: Remaja generasi Z beranggapan dunia virtual dan dunia nyata satu kesatuan karena apa yang ada didunia virtual cenderung nyata dan memang terjadi di dunia nyata. Generasi Z juga pandai untutk beradaptasi terhadap perkembangan era digital sehingga generasi Z seringkali memberikan solusi akan suatu permasalahan yang terjadi. 

Hiper-Kustomisasi: Remaja generasi Z sangat berusaha agar dikenal dunia sebagai individu yang berbeda, unik dan menarik.

Realistis: Remaja generasi Z tidak mau bersusah payah dalam melakukan sesuatu. Mereka cenderung melakukan sesuatu yang memang ingin mereka lakukan sesuai dengan keinginan, kemampuan dan kebutuhan mereka.

FOMO: Remaja generasi Z yang dibanjiri oleh teknologi sehingga mereka sangat takut untuk ketinggalan informasi. Mereka selau menjadi yag terdepan dalam trend an kompetisi.

Weconomist: Remaja generasi Z percaya bahwa teknologi berkaitan dengan ekonomi berbagi, misalnya adanya gojek yang marak ditengah masyarakat.

DIY: Remaja generasi Z merupakan para remaja yang mandiri, mereka meyakini 'do-it-yourself' atau lakukan sendiri dapat mempermudah segaala urursana dengan lebih cepat dan baik.

Terpacu: Remaja generasi Z meyakini adanya pemenang dan pecundang karena mereka siap dan giat dalam berompetitif. Mereka tidak mudah goyah dan laju pertumbuhannya sulit untuk dikejar sehingga menjadikan generasi Z sebagai generasi yang terpacu.

    Sebagai generasi yang hidup berdampingan dengan era digital sedari kecil para remaja generasis Z haruslah cekatan dan pandai dalam menggunakan teknologi yang berkembangan karena sebaik-baiknya suatu hal jika tidak hati-hati dalam penggunaannya maka akan berdampak merugikan bagi diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun