Di era millenial yang semua serba ada dan mudah didapat justru mengakibatkan banyak dari manusia yang lebih memilih berperilaku konsumerisme. Sekarang dengan mudahnya semua bisa diakses dan dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, bahkan dengan duduk santai dirumah pun semua orang bisa melakukan kegiatan konsumsi, mereka hanya perlu menyediakan HP dan paket internet saja untuk melakukannya. Segala macam bentuk kebutuhan primer sampai tersier dari harga yang paling murah sampai mahal pun telah menjadi tren saat ini. Tak jarang sebagian dari kita yang memiliki materi lebih disertai hasrat yang selalu ingin memenuhi kepuasaann akan barang-barang duniawi mengubah posisi kebutuhannya dari kebutuhan tersier menjadi kebutuhan primer. Semua yang serba mudah didapat semakin membuat kita terlena akan hal-hal duniawi yang fana ini, sehingga kita lupa akan kewajiban dan hak orang lain akan harta yang kita miliki. Sehingga kita perlu menelaah lagi sudahkah kita melakukan kegiatan konsumsi sesuai syariat islam yang baik dan benar.
Islam memandang bahwa semua yang ada dibumi beserta seisinya merupakan bentuk dari sebuah amanah dari Allah SWT, manusia hanyalah seorang khalifah yang bertugas mengatur dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar tercipta kesejahteraan dalam masyarakat. Konsumsi dalam ekonomi Islam bertujuan untuk maslahah (manfaat dan barakah) agar terwujudnya falah (keberuntungan di dunia dan di akhirat) tujuan ekonomi islam ini jauh berbeda dengan tujuan ekonomi konvensional yang memiliki tujuan hanya untuk memenuhi hasrat dan kepuasaan seorang manusia itu sendiri.
Pada dasarnya hasrat dan kepuasan manusia tidak ada ujungnya, mereka lebih memprioritaskan keinginan dibanding kebutuhan. Contoh yang menggambarkan keinginan lebih besar daripada kebutuhan dalam perilaku konsumsi adalah seperti pada sebuah pakaian yang dibeli untuk perlengkapan pribadi. Kebutuhan seseorang untuk melengkapi keperluannya mungkin cukup dengan pakaian yang sederhana dan memiliki fungsi sesuai kebutuhan diri, tetapi lain halnya dengan seseorang yang memiliki kemampuan dan keinginan lebih, dapat saja mereka memenuhi kebutuhannya itu dengan pakaian yang mewah, mahal, dan bermerek yang tentu lebih mahal dan lebih memuaskan hasratnya. Padahal dalam Islam sudah jelas tidak boleh berperilaku berlebih-lebihan. Nabi Muhammad Saw bersabda dalam hadis konsumsi yang diriwayatkan oleh Nasa'i sebagai berikut
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُوا وَتَصَدَّقُوا وَالْبَسُوا فِي غَيْرِ إِسْرَافٍ وَلَا مَخِيلَة
(رَوَاهُ النَّسَاِئي)
Artinya: dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya berkata, Rasul SAW bersabda: "makan dan minumlah, bersedekahlah serta berpakaianlah dengan tidak berlebihan dan tidak sombong." (HR. Nasa'i)
Hadis tersebut memuat 3 aspek penerapan konsumsi yang benar dan sesuai syariat islam :
Pertama, dalam makan dan minum janganlah berlebihan, penerapan sunnahnya antara lain kita harus mengikuti anjuran Rasulullah SAW yaitu mengisi perut dengan perbandingan sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga lagi untuk udara. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi :
Artinya: Dari Sholih bin Yahya bin al-Miqdam bin Ma'di Kariba dari ayahnya dari kakeknya Miqdam berkata : saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: " tidaklah anak Adam mengisi penuh suatu wadah yang lebih jelek dari perutnya, cukuplah bagi mereka itu beberapa suap makan yang dapat menegakkan punggungnya, maka seharusnya baginya sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum, sepertiga untuk dirinya atau udara." (HR. Al-Baihaqi)
Kedua, dalam membelanjakan harta yang termasuk dalam perilaku konsumsi hendaknya kita sisihkan sebagian rezeki yang telah diberikan Allah SWT untuk bersedekah, dalam bersedekah kita tidak boleh bersifat riya' yang juga akan menimbulkan kesombongan pada diri kita.
Ketiga, cara berpakaian haruslah sesuai dengan kebutuhan, berlebihan dapat membawa kita kepada sifat-sifat buruk, seperti boros karena selalu mengikuti trend fashion yang lagi hitz, serta membeli pakaian yang branded karena memiliki materi yang banyak itu sungguh berlebihan dan bisa membawa kita kepada sikap yang sombong yang dapat menyebabkan Allah SWT murka.
Konsumsi merupakan keniscayaan dalam kehidupan umat manusia. Manusia melakukan konsumsi untuk memenuhi kebutuhannya agar bisa mempertahankan kehidupannya. Kebutuhan akan konsumsi ini semakin lama semakin berkembang sejalan dengan pola dan gaya hidup manusia . Semakin maju peradaban manusia, semakin tinggi pula kebutuhannya pada barang-barang yang akan dikonsumsi dengan beragam jenisnya. (Idri, Hadis Ekonomi Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, 2015, hlm.99)
Menurut Nur Rianto ( 2017:188-189) Konsumsi berlebih-lebihan, merupakan ciri dari masyarakat yang tidak mengenal Tuhan, dikutuk dalam islam dan ini disebut dengan israf (pemborosan) atau tabzir (menghambur-hamburkan harta tanpa guna). Tabzir sendiri memiliki arti yaitu mempergunakan harta dengan cara yang salah, yaitu dengan tujuan-tujuan yang terlarang, seperti penyuapan. Pemborosan berarti penggunaan harta secara berlebih-lebihan dan melanggar aturan dalam islam seperti, makanan, pakaian, tempat tinggal, sedekah. Konsumsi yang melampaui tingkat wajar dianggap israf dan tidak disenangi Islam.
Untuk memudahkan penerapan perilaku konsumsi, kita harus mempelajari prinsip-prinsip etika berkonsumsi dalam islam. Etika yang diajarkan islam dalam hal konsumsi menurut Mannan (1997:44), yakni :
1. Prinsip Keadilan
Berkonsumsi tidak boleh menimbulkan kedzaliman, harus sesuai hukum islam tentang perilaku konsumsi sehingga dapat menimbulkan kebaikan. Dalam hukum islam juga memuat aturan yang sudah ditentukan tentang benda ekonomi yang boleh dikonsumsi (halal) dan yang tidak boleh dikonsumsi (haram).
2. Prinsip Kebersihan
Kebersihan disini memiliki arti bahwa konsumsi yang kita lakukan terbebas dari kotoran atau penyakit yang dapat merusak fisik dan mental manusia, benda tersebut harus memiliki manfaatsehingga diberkahi Allah bukan bersifat kemubaziran bahkan dapat merusak.
3. Prinsip Kesederhanaan
Sikap berlebih-lebihan, bermewah-mewahan dan sombong sangat dibenci oleh Allah SWT karena dapat menyebabkan kerusakan di muka bumi. Hendaknya kita sebagai seorang muslim yang baik harus bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan, bersikaplah yang wajar jangan terlalu kikir atau terlalu boros. Konsumsi yang wajar menciptakan pola konsumsi yang efisien dan efektif baik secara individu maupun sosial.
4. Prinsip Kemurahan Hati
Dengan mematuhi apa yang telah diajarkan Islam maka tidak ada bahaya dan dosa ketika berkonsumsi. Selama konsumsi itu untuk pemenuhan kebutuhan yang bermanfaat bagi kehidupan, maka Allah akan memberikan kemurahan-Nya bagi manusia. Semua yang telah diberikan Allah SWT sehingga kita dapat memenuhi kebutuhan untuk kelangsungan hidup hendaknya bermurah hati kepada sekitar kita. Saling bantu orang lain yang kekurangan baik dengan materi, makanan, minuman, karena pada hakekatnya rezeki yang telah Allah SWT berikan kepada kita disitu juga ada sebagian rezeki orang lain.
5. Prinsip Moralitas
Pada akhirnya konsumsi seorang muslim secara keseluruhan harus dibingkai oleh moralitas (adab dan etika) yang dikandung dalam Islam sehingga tidak semata-mata memenuhi segala kebutuhan. Sebagai contoh yang disunnahkan oleh nabi makan dengan tidak berlebihan dengan membagi bagian perut berisi air, makanan, dan udara.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa :
Kegiatan konsumsi akan mendapatkan keberkahan dan manfaat jika dilakukan sesuai syariat yang telah diajarkan dalam Islam. Serta dapat medorong kita menjadi pribadi yang bertaqwa, bersikap taat terhadap aturan dan larangan Allah SWT, dan tentunya dicintai oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Daftar Pustaka
Idri. 2015. Hadis Ekonomi Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi.
Jakarta: Kencana.
Manan, A. M. 1997. Teori dan Praktek Ekonomi Islam.Yogyakarta :
P.T. Dana Bhakti Prima Yasa.
Rianto, M.Nur.2017. Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktik.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI