Mohon tunggu...
Mohammad Lutfi
Mohammad Lutfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tenaga pengajar dan penjual kopi

Saya sebenarnya tukang penjual kopi yang lebih senang mengaduk ketimbang merangkai kata. Menulis adalah keisengan mengisi waktu luang di sela-sela antara kopi dan pelanggan. Entah kopi atau tulisan yang disenangi pelanggan itu tergantung selera, tapi jangan lupa tinggalkan komentar agar kopi dan tulisan tersaji lebih nikmat. Catatannya, jika nikmat tidak usah beri tahu saya tapi sebarkan. Jika kurang beri tahu saya kurangnya dan jangan disebarkan. Salam kopi joss

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar, dari Rumah ke Sekolah

2 April 2023   22:48 Diperbarui: 2 April 2023   23:01 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suasana belajar | Kompas.com

Dalam proses memilih bunga, peran orang tua sebagai pembimbing diharapkan mampu membimbing dan menunjukkan kepada anak tentang bunga mana yang sudah bisa dipetik, bunga mana yang bahaya dan diperlukan kehati-hatian dalam memetik karena berduri dan bunga mana yang tidak boleh dipetik karena mengandung racun.


Dalam konsep pembelajaran di rumah, anak dapat memilih belajar apa saja yang disukai dengan metode yang disenangi anak pula. Peran orang tua dapat mengarahkan anak memilah dan memilih apa yang ingin dipelajari. Selain pelajaran yang dipilih anak, orang tua dapat melibatkan anak dalam kegiatan rutin di rumah. Misalnya saja, orang tua melibatkan anak dalam membersihkan rumah, memasak di dapur dan lainnya. Pelibatan anak dalam kegiatan rutin di rumah secara tidak langsung menanamkan karakter positif dalam diri ini.


Dengan konsep seperti di atas, secara tidak langsung orang tua telah menerapkan apa yang disebut merdeka belajar saat ini. Hanya saja barangkali tidak semua orang tua mengerti apa yang dimaksud dengan merdeka belajar dalam kurikulum merdeka. Namun penulis meyakini sebagian besar orang tua telah menerapkannya di rumah. Keyakinan ini kemudian diperkuat dengan hasil pengamatan anak-anak tetangga hidup berdampingan dengan penulis dimana anak-anak tumbuh dan berkembang dengan baik.


Pendidikan Anak Di Sekolah


Seiring bertambahnya usia anak yang diikuti dengan pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohaninya, orang tua kemudian menitipkan anak-anaknya di sekolah untuk mendapatkan pendidikan lebih lanjut. Sekolah dijadikan  sebagai pilihan untuk menggantungkan harapan orang tua agar anaknya menjadi sukses di masa depan.


Oleh karena itu, sekolah harus memberikan rasa nyaman, aman dan membahagiakan sebagaimana yang mereka temukan di rumah saat fase pendidikan pertama. Sekolah yang dirasa memberikan hal tersebut akan menyebabkan anak menjadi betah untuk belajar dan menganggap sekolah menjadi rumah kedua. Namun sebaliknya jika sekolah tidak memenuhi hal tersebut maka anak akan merasa tidak nyaman di sekolah dan menganggap sekolah adalah tempat yang menyeramkan.


Sekolah yang nyaman meskipun dengan fasilitas yang kurang lengkap pernah digambarkan Tetsuko Kuroyanagi dalam sebuah novelnya yang berjudul Totto-Chan: Gadis Cilik Di Jendela (versi bahasa Indonesia). Novel tersebut menceritakan anak kecil bernama Totto-Chan yang memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap sesuatu di sekitarnya yang kemudian dikeluarkan dari sekolah dikarenakan melakukan hal-hal aneh yang menyebabkan ia dicap anak nakal. Hingga akhirnya ia masuk ke sekolah yang sedari pertama telah membuatnya merasa tertarik. Sekolah tersebut adalah Tamoe Gakuen.


Yang paling menarik dari novel tersebut adalah kepala sekolah di Tamoe Gakuen, Mr Kobayashi. Mr. Kobayashi memiliki kebijakan-kebijakan unik yang mampu membuat siswanya merasa senang dan bahagia meskipun sekolah di bekas gerbong kereta. Misalnya saja,  jika kelas yang mereka ajar di sekolah lain diprogram dan disebarkan, Tomoe Gakuen akan mengizinkan anak-anak memilih kelas yang ingin mereka pelajari setiap hari. Mr. Kobayashi dilandasi oleh keinginan untuk memberinya kesempatan mempelajari mata pelajaran yang ingin dipelajarinya secara bebas sejak usia dini.


Sekolah Tomoe penuh dengan kelas. Semua yang ada di dalamnya penuh dengan ajaran pengetahuan. Pelajaran tidak hanya dilakukan ketika anak-anak berada di dalam kelas, tetapi semua kegiatan yang dilakukan di Tomoe penuh dengan pembelajaran. Pandangan ini tentu sejalan pandangan Roem Topatimasang (2013) yang menyebutkan bahwa setiap tempat adalah sekolah, setiap orang adalah guru, setiap buku adalah ilmu.


Intisari dari novel ini adalah kesadaran kepala sekolah bahwa setiap anak memiliki sisi uniknya tersendiri. Karena keunikan itulah diciptakan suasana belajar yang menyenangkan sesuai dengan keinginan dan kemampuan anak. Pesan-pesan moral disampaikan dalam setiap kesempatan baik  secara langsung atau tidak langsung.


Selanjutnya bagaimana dengan pendidikan sekolah di saat ini? Nampaknya kurikulum merdeka telah mengarah ke sana dimana struktur kurikulum yang lebih fleksibel, fokus pada materi yang esensial, memberikan keleluasan bagi guru menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik, serta aplikasi yang menyediakan berbagai referensi bagi guru untuk terus mengembangkan praktik mengajar secara mandiri dan berbagi praktik baik, dan memberikan keleluasaan pada siswa untuk belajar apa yang ingin mereka pelajari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun