Mohon tunggu...
Mohammad Lutfi
Mohammad Lutfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tenaga pengajar dan penjual kopi

Saya sebenarnya tukang penjual kopi yang lebih senang mengaduk ketimbang merangkai kata. Menulis adalah keisengan mengisi waktu luang di sela-sela antara kopi dan pelanggan. Entah kopi atau tulisan yang disenangi pelanggan itu tergantung selera, tapi jangan lupa tinggalkan komentar agar kopi dan tulisan tersaji lebih nikmat. Catatannya, jika nikmat tidak usah beri tahu saya tapi sebarkan. Jika kurang beri tahu saya kurangnya dan jangan disebarkan. Salam kopi joss

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Memulai Pendidikan Karakter dari Rumah

17 November 2022   20:24 Diperbarui: 20 November 2022   18:45 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal jika mengutip ungkapan "rumahku surgaku" yang syarat makna, maka seharusnya rumah dapat menjadi taman yang menyenangkan. 

Rumah seharusnya dapat menjadi ruang pendidikan pertama dan seterusnya dalam usaha mencapai kebahagiaan hidup setiap anggota keluarga di dalamnya. 

Oleh karena itu, bimbingan orang tua sekaligus guru di rumah sangat diperlukan dalam usaha menciptakan generasi yang tidak hanya memiliki kecerdasan saja, tetapi jauh lebih dari itu yaitu anak-anak juga memiliki nilai-nilai karakter positif dalam dirinya.

Kekompakan orang tua dalam mendidik anak menjadi modal dasar dalam keluarga. Orang tua dalam hal ini ayah dan ibu tidak bisa bekerja sendiri, keduanya perlu bersama-sama membangun lingkungan pendidikan di rumah yang penuh makna. 

Dengan begitu, anak akan merasa nyaman mengenyam pendidikan di lingkungan pendidikan pertamanya. Dalam usaha penanaman pendidikan karakter di lingkungan keluarga, beberapa cara berikut dapat dijadikan alternatif pilihan, di antaranya adalah keteladanan, pembiasaan, motivasi, nasihat dan hukuman (Dicky Setiardi: 2017).

Keteladanan

Anak adalah peniru yang baik. Setiap saat anak akan melihat objek yang ada di depannya kemudian apa yang dilihat akan direkam dalam memori anak. 

Dari hasil rekaman tersebut, sewaktu-waktu anak juga akan mempraktikkan apa yang telah terekam. Misalnya saja, ketika orang tua sering mengajak anak untuk berada di sampingnya saat melakukan ibadah, maka anak akan melihat dan pada kesempatan tertentu si anak akan mempraktikkan gerakan-gerakan dalam ibadah tersebut meskipun belum sempurna.

Selain secara visual, anak juga dapat merekam ucapan-ucapan yang dikeluarkan oleh seseorang melalui pendengaran. Jika yang didengar adalah kata-kata tabu seperti umpatan anjing, jancok, fuck, dan lainnya, maka anak akan meniru apa yang diucapkan oleh orang lain. Begitupun sebaliknya jika yang sering didengar adalah hal-hal baik, maka anak akan mengucapkan hal-hal baik pula.

Contoh-contoh seperti yang disebutkan di atas sejalan dengan teori belajar sosial Albert Bandura. Bandura menyebutkan bahwa suatu perilaku belajar adalah hasil dari kemampuan individu memaknai suatu pengetahuan atau informasi, memaknai suatu model yang ditiru, kemudian mengolah secara kognitif dan menentukan tindakan sesuai tujuan yang dikehendaki (Herly Janet Lesilolo: 2018).

Dalam lingkungan keluaraga, orang tua menjadi pendidik dan model pertama pendidikan karakter. Anak akan meniru apa yang dilakukan dan diucapkan oleh orang tua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun