Masalah ini justru menunjukkan perkembangan organisasi ke arah sebaliknya. Kemajuan yang hendak dicapai tidak akan pernah terwujud.
Dalam organisasi, kepercayaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu kepercayaan terhadap diri sendiri dan kepercayaan terhadap orang lain. Kepercayaan terhadap diri sendiri berkaitan dengan motivasi diri dalam membangun hubungan sosial dan membentuk kinerja yang baik.
Dalam kaitannya dengan hubungan sosial, hal ini bertalian erat dengan sikap mental individu dalam membangun relasi dengan individu lainnya di sebuah organisasi. Organisasi dengan individu yang heterogen, sikap mentalnya pun berbeda.Â
Misalnya, ada yang pemalu, terbuka, mudah bergaul dengan orang atau sebaliknya malah lebih senang sendiri daripada harus berbagi dengan orang lain.
Segala bentuk keragaman sikap mental antar individu ini harus disikapi dengan baik agar seseorang dapat mengeluarkan potensi terbaiknya dalam bekerja di sebuah organisasi.Â
Jika sebaliknya, sikap mental negatif seperti hilangnya kepercayaan diri tidak disikapi dengan baik maka selamanya sikap mental negatif seperti itu akan menjadi beban bagi diri sendiri, orang lain dan organisasi dalam membentuk kinerja yang baik.
Selain kepercayaan diri, kepercayaan terhadap orang lain juga menjadi penentu kemajuan organisasi. Kepercayaan terhadap orang lain dalam organisasi dapat meliputi kepercayaan pimpinan kepada bawahan dan sebaliknya atau kepercayaan sesama anggota organisasi.Â
Salah satu bentuk kepercayaan pemimpin kepada bawahannya adalah keyakinan bahwa bawahannya dapat menyelesaikan tugas yang diberikan.
Sementara itu, kepercayaan antar anggota dapat berbentuk pembagian peran kerja dengan sama-sama mengusung tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.Â
Saling memotivasi atau memberikan dukungan akan membangun kepercayaan dan kedekatan antar individu.Â