Mohon tunggu...
Mohammad Lutfi
Mohammad Lutfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tenaga pengajar dan penjual kopi

Saya sebenarnya tukang penjual kopi yang lebih senang mengaduk ketimbang merangkai kata. Menulis adalah keisengan mengisi waktu luang di sela-sela antara kopi dan pelanggan. Entah kopi atau tulisan yang disenangi pelanggan itu tergantung selera, tapi jangan lupa tinggalkan komentar agar kopi dan tulisan tersaji lebih nikmat. Catatannya, jika nikmat tidak usah beri tahu saya tapi sebarkan. Jika kurang beri tahu saya kurangnya dan jangan disebarkan. Salam kopi joss

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Silaturahmi di Kompasiana Jadi Hobi Baru yang Datangkan Rezeki

18 Mei 2020   21:46 Diperbarui: 18 Mei 2020   21:53 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi silaturahmi | Sumber: Indosatooredoo.com

"Pandemi covid-19 boleh membuat kita mati gaya, tapi tidak boleh membuat kita mati karya."

Berkenalan dengan Kompasiana bagaimana rasanya? Sebelum menjawab, saya mau bercerita dulu. Ada yang pernah merasakan jatuh cinta dan merasakan sensasinya saat sasaran yang dicintai melirik atau melihat? Deg-degan dan salah tingkah pasti jadi efek reaktif.

Efek kejut seperti itu merupakan hal biasa akibat getaran-getaran harapan untuk bisa dekat. Senyum tipis juga biasanya tersungging di pipi. Beda lagi kalau tidak suka, efeknya malah jadi ilfill. Nah, begitulah yang saya rasakan dulu saat masih mahasiswa dan ada target yang ingin di dekati. Semenjak itu pula saya harus pandai membaca kode-kode alamiah si target.

Bagaimana dengan Kompasiana? Walaupun bukan objek berbentuk manusia ternyata berhasil membuat deg-degan sebagaimana target yang berwujud manusia. Setumpuk pertanyaan muncul, gimana responsnya terhadap orang baru? Kira-kira dibaca tidak? Orang-orangnya gimana?

Selain pertanyaan-pertanyaan itu, rasa takut juga mendera. Proses mengunggah tulisan pertama kali harus berjuang dengan rasa takut, takut dibaca orang lain dan dikatakan jelek. Ibarat lagi kasmaran ngaca berkali-kali, dan-dan gak kelar-kelar, semua diperhatikan meskipun sampai bosan.

Ketika kencan pertama telah dilewati, leganya minta ampun dan serasa tanpa beban. Begitulah rasanya kencan pertama dan berikutnya adalah rindu ingin bersama lagi. Tulisan pun begitu, ketika di unggah pertama kali dan berhasil berasa plong tanpa beban. Berikutnya adalah keinginan untuk kenal lebih lanjut.

Melihat ada yang membaca senang bukan main. Vote inspiratif, menarik, bermanfaat dan lainnya apalagi komentar seperti sambutan hangat dari tuan rumah dan memberikan semangat untuk terus menulis. Silaturahmi pertama berjalan mulus, pertanda akan ada silaturahmi berikutnya.

Oh iya, sebenarnya, pertama kali kenal Kompasiana sekitar delapan bulan lalu. Akan tetapi, waktu itu masih menjadi anggota pasif. Artinya, hanya sedikit tulisan yang dikirim. Hal itu dikarenakan laptop yang sudah tidak bisa dioperasikan lagi dan jadulnya gawai saya. Mulai intens kembali sekitar dua hingga tiga bulan lalu, tepatnya awal-awal covid-19 menjamah Indonesia.

Semenjak dikeluarkannya kebijakan bekerja, belajar dan beribadah di rumah itulah nongkrong dan silaturahmi di Kompasiana semakin intensif. Tidak dirasa kebiasaan itu malah menjadi hobi baru yang mengasyikkan dan mendatangkan rezeki. Rezeki yang saya maksud tidak melulu soal uang. Apa saja itu?

Menambah pengetahuan dan teman baru. Ada satu ungkapan yang menarik "membaca tulisan seperti berdialog dengan penulisnya". Ketika saya membaca tulisan rekan-rekan kompasianer, saya seperti berdialog dengan yang memunyai tulisan. Efek secara psikologis hampir sama saja dengan tatap muka, kadang tersenyum, mengangguk setuju atau paham, dan kesal bila ada sesuatu yang pelik.

Silaturahmi kepada berbagai penulis dengan cara membaca tulisannya, membuat saya memahami beberapa pokok persoalan. Dengan memahami pokok persoalan tersebut maka bertambahlah pengetahuan saya ketika saya membaca setiap tulisan dari rekan-rekan kompasianer.

Selain bertambahnya pengetahuan, Kompasiana telah menambah rekan baru untuk saya. Saling berkunjung dan saling meninggalkan pesan adalah bentuk silaturrahmi online yang saling memberi manfaat.

Marangsang diri untuk berkarya. Efek lebih lanjut dari pertemanan dan silaturahmi di Kompasiana membuat saya juga terangsang untuk membaca dan menulis. Jika ada yang bilang susah dapat ide, syukur Alhamdulillah ide selalu muncul dengan membaca tulisan kompasianer lain. 

Ide tersebut adalah rezeki besar yang selalu muncul tiap hari. Oleh karenanya, saya sempat membuat program sendiri yaitu satu hari satu tulisan. Program itu berjalan, namun sayangnya pada hari dan tulisan ke-28 program itu terhenti karena alasan kesehatan.

"Temanmu adalah cerminan dirimu" adalah ungkapan yang pas untuk mewakili diri saya saat ini. Saya mengakui rekan-rekan kompasianer telah memberikan pengaruh terhadap saya untuk belajar menulis. Kecemburuan terhadap rekan-rekan kompasianer yang mahir menulis dan enak dibaca membuat saya termotivasi membuat suatu karya pula.

Nulis buku bareng dan Podcast. Akhirnya pada kesempatan yang lalu satu tulisan saya di Kompasiana diikutkan dalam acara nulis buku bareng rekan guru dan diterbitkan. Rezeki lainnya saya diundang rekan saya untuk ngobrol bareng di channel youtubenya dengan tema yang saya tuliskan paling awal setelah judul. Kutipan tersebut pernah saya masukkan dalam tulisan artikel yang saya unggah di Kompasiana pula.

Apa rasanya berkenalan dengan kompasiana dan penduduknya? Jawabannya menyenangkan dan puji syukur Alhamdulillah bisa saling mengenal dan silaturahmi.

Sebagai penutup mari simak bunyi hadits berikut. "Siapa yang hendak dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturahmi." (H.R. Bukhari Muslim)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun