Setelah diunggah, masalah lain muncul dibaca orang lain apa tidak? Kalau dibaca berapa jumlah pembacanya? Rasa syukur kalau pembacanya banyak, tetapi ada juga yang ciut jika sedikit atau tidak ada yang membaca sama sekali tulisan yang dibuat. Saat itulah pertaruhan dimulai, antara lanjut untuk menulis atau berhenti dan trauma menulis.
Getir-getir seperti itulah yang dirasakan saat menulis, terlebih bagi yang masih amatiran seperti saya. Kurangnya minat membaca dan ketidakpercayaan diri yang terus menghantui. Jadi, mohon pemakluman pada pembaca jika tulisan saya kurang bernas, kurang menginspirasi dan terdapat berbagai kesalahan dalam ejaan karena kurang baik dan benar.
Usaha menulis memang tidak semudah membalikkan telor di atas penggorengan. Perlu usaha ekstra dan banyak minum suplemen bacaan seperti buku, koran, majalah baik digital maupun cetak.Â
Lantas bagaimana dengan yang ingin menulis tapi minat baca rendah? Jawabannya bisa dan tidak masalah! Yang menjadi masalah jika tidak mempunya keinginan menulis dan membaca. Ambyar!
Syarat sah membaca dan menulis itu adalah mulai, sebab keduanya praktik bukan sekadar teori. Dalam percintaan, teori atau kata-kata adalah pemanis untuk melanggengkan hubungan, sementara bentuk kasih sayang adalah praktiknya. Oleh karenanya, melanggengkan hubungan dengan buku dan pulpen membutuhkan praktik.
Kembali kepada pertanyaan sebelumnya, bagaimana jika ingin menulis tapi tidak suka membaca? Jawabannya bisa. Â Pada kasus tersebut kita tidak dapat memaksa seseorang untuk membaca agar bisa menulis, tetapi kita hanya dapat memberikan motivasi dan solusi untuk masalahnya.
Pada umumnya orang membaca bertujuan untuk menulis. Dengan membaca, seseorang berharap dapat memeroleh informasi untuk ditulis, manambah dan mempelajari kosakata, dan menambah pengetahuan tentang cara menulis. Bagi yang tidak suka, tujuan tersebut dapat diubah menjadi menulis untuk membaca.
Praktik semacam ini pernah saya lakukan saat pertama kali saya menulis. Suatu waktu keinginan untuk menulis menguat, tetapi minim minat baca. Karena keinginan tetap kuat, akhirnya saya beranikan menulis topik dan judul.Â
Selanjutnya, saya menuliskan beberapa kalimat yang membentuk satu paragraf dan terhenti karena kehabisan stok pembahasan untuk paragraf berikutnya.
Karena kehabisan stok pembahasan, mau tidak mau memaksa saya membuka mesin pencari google dan mencari materi yang sesuai dengan topik yang dibahas.Â
Beberapa artikel saya unduh kemudian dibaca untuk menyambung pokok pembahasan di paragraf kedua dan seterusnya dari tulisan yang saya buat. Dari kegiatan yang awalnya menulis kemudian mencari inilah sebenarnya telah mengajak saya untuk membaca tulisan orang lain.