Mohon tunggu...
Mohammad Lutfi
Mohammad Lutfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tenaga pengajar dan penjual kopi

Saya sebenarnya tukang penjual kopi yang lebih senang mengaduk ketimbang merangkai kata. Menulis adalah keisengan mengisi waktu luang di sela-sela antara kopi dan pelanggan. Entah kopi atau tulisan yang disenangi pelanggan itu tergantung selera, tapi jangan lupa tinggalkan komentar agar kopi dan tulisan tersaji lebih nikmat. Catatannya, jika nikmat tidak usah beri tahu saya tapi sebarkan. Jika kurang beri tahu saya kurangnya dan jangan disebarkan. Salam kopi joss

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Didi Kempot Kita Belajar Cara Mengenalkan dan Melestarikan Bahasa

5 Mei 2020   17:36 Diperbarui: 5 Mei 2020   17:34 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Efek dari lagu bahasa Jawa yang enak didengar dan didukung dengan tema-tema yang sering dirasakan oleh orang serta lintas generasi membuat orang yang tidak mengeri bahasa Jawa penasaran dan bertanya apa artinya. Dari situlah secara tidak langsung Didi Kempot mengajarkan bahasa Jawa, karena yang penasaran tadi akan mencari tahu artinya. Caranya pun bermacam-macam, bertanya kepada teman, google atau mencari di kamus bahasa Jawa.

Lebih jauh lagi, lagu-lagu Didi Kempot yang berbahasa Jawa akan terus dikenang dan dinyanyikan oleh generasi milenial. Generasi tersebut dapat mendengarkan melalui MP3 atau menontonnya di YouTube. Selain itu, lagu-lagu Didi Kempot juga akan dinyanyikan ulang oleh generasi penerus atau penyanyi lain dengan musik campursari atau versi lain semisal dangdut dan koplo.

Dari situlah kita juga dapat mengetahui bagaimana Didi Kempot mengajarkan kita untuk melestarikan bahasa Daerah. Melalui lagu campursari yang ditulis, direkam dan disebarkan melalui media cetak dan rekam (audiovisual) seperti YouTube bahasa Jawa akan tetap eksis dan dinikmati generasi berikutnya.

Bagaimana dengan bahasa yang lain? Barangkali usaha yang dilakukan Didi Kempot dapat menjadi satu referensi untuk mengenalkan dan melestarikan bahasa daerah yang ada di Indonesia selain dengan proses pembukuan dan digital.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun