Mohon tunggu...
Mohammad Lutfi
Mohammad Lutfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tenaga pengajar dan penjual kopi

Saya sebenarnya tukang penjual kopi yang lebih senang mengaduk ketimbang merangkai kata. Menulis adalah keisengan mengisi waktu luang di sela-sela antara kopi dan pelanggan. Entah kopi atau tulisan yang disenangi pelanggan itu tergantung selera, tapi jangan lupa tinggalkan komentar agar kopi dan tulisan tersaji lebih nikmat. Catatannya, jika nikmat tidak usah beri tahu saya tapi sebarkan. Jika kurang beri tahu saya kurangnya dan jangan disebarkan. Salam kopi joss

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bumi dan Manusianya Ada, tapi Cintanya yang Mulai Tiada

26 April 2020   13:37 Diperbarui: 26 April 2020   13:54 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bumi | Foto : kompas.com

Siapa sih yang tidak pernah jatuh cinta? Pasti semuanya pernah jatuh cinta. Cinta tidak melulu soal pasangan laki-laki dan perempuan, tetapi dapat juga cinta terhadap orangtua, pekerjaan, alam, lingkungan dan binatang peliharaan. 

Dalam usaha menunjukkan perasaan cintanya, seseorang dapat melakukan hal yang konyol sekali pun. Misalnya, meminum racun agar pasangannya tahu kalau benar-benar tulus mencintai.

Dulu ada ungkapan jika orang yang sedang jatuh cinta, tahi kucing pun rasanya cokelat. Ungkapan lainnya adalah dunia rasanya milik berdua. Kedua ungkapan tersebut memang rasanya berlebihan, tapi begitulah orang yang sedang jatuh cinta, rasa-rasanya ingin melakukan apa saja asal pasangannya bahagia.

Cinta yang tidak melulu soal rasa antara manusia dengan manusia dapat dicontohkan seperti orang yang menikahi menara Eiffel, boneka, mainan bahkan makanan. 

Ada alasan pribadi yang membuat seseorang menikahi objek-objek tertentu, misalnya jatuh cinta pada pandangan pertama, ketidakpercayaan terhadap pasangan yang berwujud manusia, dan anggapan objek non manusia lebih setia.

Contoh-contoh bentuk cinta di atas baik cinta terhadap sesama manusia maupun objek lainnya tidak akan terbayang bagaimana damainya jika ditunjukkan pula kepada bumi tempat berpijak. 

Kita dapat membayangkan barangkali tidak ada sampah di sungai, tidak ada penebangan pohon sembarangan, dan eksploitasi sumber daya alam berlebihan.

Meminjam kata-kata Bapak Sapardi Djoko Damono yang kemudian sedikit dipelesetkan sehingga bunyinya begini "aku ingin mencintaimu dengan sederhana, sesederhana tangan tak membuang puntung rokok di depan mata. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, sesederhana tangan tak memotong ranting kayu sebarangan."

Melihat yang begitu, betapa romantisnya manusia dengan bumi, saling mesra satu sama lain, saling membelai tanpa saling mengorbankan. Sayangnya, yang mesra-mesra model begitu saat ini mulai tiada. Eksploitasi besar-besaran hingga lupa kalau besok masih mau makan lagi membuat bumi atau alam sudah mulai bosan dalam lagu Ebiet G Ade.

Lihat saja saat ini, banjir sudah dimana-mana dan tidak dapat dibendung lagi. Tanah longsor, gempa bumi dan gunung meletus pun kerap terjadi. Barangkali, khususnya Indonesia suatu saat nanti yang pernah disebut serpihan potongan surga oleh Syekh Mahmud Syaltut, Rektor Universitas Al-Azhar, Mesir bukan lagi tempat yang indah untuk dipandangi dan tempat yang nyaman untuk dikunjungi.

Cepat sembuh bumi hanya akan menjadi sebuah harapan dan doa yang tidak akan terealisasi kalau tanpa pengorbanan. Cinta manusia terhadap bumi harus ditumbuhkan dan dibuktikan dengan berbagai bentuk kegiatan meski yang sederhana sekalipun seperti meludah pada tempatnya. Cepat sembuh bumi saat ini semoga bukan pengharapan terakhir sebagaimana Zainuddin mengharapkan Hayati untuk kembali setelah tenggelam bersama kapal Van Der Wijck.

Covid-19 atau virus corona yang terjadi saat ini dapat kita jadikan refleksi diri dan menghitung-hitung kesalahan yang telah kita perbuat kepada bumi. Covid-19 juga memaksa kita di rumah dan memarkirkan kendaraan di rumah yang kalau dijalankan akan menghasilkan karbon monoksida, benzena, dan timbal serta kandungan lainnya yang semuanya berbahaya bagi kesehatan.

Selain itu, covid-19 telah mengajarkan kita menahan diri di rumah untuk menjadi orang yang tidak konsumtif. Kita tahu selama ini bahwasannya banyak sampah yang dihasilkan dari barang-barang belanjaan kita. Sampah-sampah tersebut seperti sampah plastik, kaleng dan kertas. Dengan batasan tersebut, setidaknya telah menekan sifat konsumtif dan jumlah sampah yang dapat merugikan orang lain dan lingkungan.

Sebagai bahan refleksi lainnya, kita dapat bertanya dalam diri kita akan kebenaran kecintaan terhadap bumi. Jangan-jagan wujud kecintaan terhadap bumi hanyalah wujud ekploitasi, bukan cinta yang tulus antara dua kekasih. 

Di samping itu, yang paling berbahaya nanti jika keduanya sama-sama ada, antara manusia dan bumi tapi cinta antara keduanya sudah tiada, sudah dapat dibayangkan berbagai musibah akan mendera. Pertanyaan lanjutannya adalah benarkah sudah menjadi khalifah yang baik di muka bumi?

Terakhir, mari renungkan bersama kata-kata Mahatma Gandhi berikut "Bumi ini cukup untuk memenuhi kebutuhan kita semua, namun tidak cukup untuk memenuhi keinginan segelintir kecil manusia yang serakah." 

Penekanan kata-kata tersebut pada kata serakah. Sekaya apapun negara Indonesia kalau diambil secara terus menerus tanpa diberikan kesempatan untuk pemulihan kembali maka akan lekas habis kekayaan itu. 

Kembali kepada cinta dan pembuktian yang seutuhnya akan menjadi jawaban atas segala kerusakan yang terjadi saat ini. Jika sudah begitu pada akhirnya hari bumi bukanlah sebatas seremonial sehari saja. Akan tetapi, benar-benar penghayatan membentuk keseimbangan antara manusia dan bumi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun