Emosi merupakan suatu hal yang wajar yang diungkapkan oleh manusia. Setiap manusia memiliki emosi yang berbeda – beda tergantung bagaimana setiap individu itu mengontrolnya.
Tidak semua emosi dapat terlihat melalui bahasa tubuh, ekspresi, wajah, dan tingkah laku serta  perubahan pada diri seseorang tersebut. Semua itu tergantung kepada setiap individu itu mau memperlihatkan emosinya kepada orang lain atau hanya akan menyimpannya sendiri.
Dengan kata lain, emosi adalah perasaan yang terjadi akibat seseorang berada dalam suatu kondisi yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dan fisiologisnya.
Apakah yang memiliki emosi hanya orang dewasa saja?
Tidak. Semua manusia memiliki emosi bahkan seorang bayi sekalipun. Namun, emosi yang dimiliki bayi atau anak – anak berbeda dengan emosi orang dewasa.
Emosi orang dewasa biasa diutarakan melalui ekspresi dan tindakan. Sedangkan emosi bayi atau anak – anak lebih diutarakan kepada tangisan, rengekan, teriakan bahkan tindakan jika anak mengalami tempertantrum atau emosi yang meledak – ledak.
Biasanya, emosi bayi atau anak keluar jika mereka mengalami hal – hal yang tidak nyaman dan mengenakkan yang menimpa dirinya. Seperti lelah, mengantuk, lapar, haus, tergores, terjatuh dan lain sebagainya.
Ketika anak menangis, respon orang tua sangat berpengaruh penting terhadap keadaan anak.  Sebaiknya orang tua jangan terlalu ikut membesar – besarkan masalah yang menimpa anak dengan memberikan respon yang negatif.
Contohnya ketika anak terjatuh, orang tua atau orang – orang disekitarnya biasanya langsung memberikan respon berupa teriakan. Respon tersebut dapat membuat anak kaget dan menangis. Padahal ketika anak terjatuh, mereka tidak terlalu merasakan sakit yang berlebihan. Sehingga jika orang tua atau orang – orang disekitarnya memberikan respon seperti itu, maka akan membuat anak menjadi manja dan cengeng serta tidak bisa mandiri.
Emosi yang berlebihan tidak baik untuk perkembangan anak. Orang tua harus pintar dalam mengelola dan mengarahkan emosi anak. Jika anak memiliki emosi yang berlebihan, hal itu dapat berpengaruh buruk terhadap dirinya.
Ada banyak faktor yang dapat menumbuhkan rasa emosi yang berlebihan kepada anak, salah satunya yaitu dari contoh di atas.
Emosi anak yang belum stabil ditambah dengan respon orang tua yang tidak mendukung merupakan faktor penting tumbuhnya sikap emosi yang berlebihan pada anak. Itu akan membuat anak menjadi anak yang tidak mandiri, egois dan mudah marah.
Anak mencari perhatian kepada orang tua atau orang – orang disekitarnya. Ketika orang tua sudah terlanjur memberikan respon atau reaksi yang berlebihan jika anak menangis, maka anak akan merasa terlindungi dan melakukan pendramatisiran emosi agar anak memperoleh perhatian dari orang – orang di sekitarnya.
Orang tua yang overprotektif. Melindungi anak adalah salah satu tugas orang tua, akan tetapi jika terlalu melindungi dan mengekang anak juga bukan hal yang baik untuk perkembangan anak.
Anak memang harus dilindungi tapi dalam batasan yang wajar. Ketika melindungi anak bahkan anak telah melakukan kesalahan adalah hal yang salah. Itu dapat mengakibatkan anak menjadi manja, tidak merasa bersalah, tidak menghargai orang – orang di sekitarnya dan membuat emosi anak tidak terkontrol.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H