Salah jika aku berharap untuk bisa terus bersamanya? Sikapnya yang membuatku berharap, sikapnya yang membuatku berangan menjadi bagian dari dunianya.
Tapi ternyata aku salah, aku merasa seperti boneka mainan, dia menghilang.Tak ada lagi perhatiannya, tak ada lagi pesan-pesan singkat darinya.
Akulah boneka itu, yang dia mainkan perasaannya, yang menemaninya saat dia merasa sepi, dan aku lah boneka yang pernah dia ajak berjalan-jalan menikmati Jogja di malam hari.
Dan kini, setelah dia bosan, dia tinggalkan boneka itu sendiri, bingung dengan sikapnya.
Seolah tak mau tau dengan perasaanku, tak peduli denganku yang mati-matian membunuh rasa ini.
Sekali lagi aku yang salah, dia tak pernah salah.
Aku pikir setiap perbuatan baikku akan dibalas dengan perbuatan baik juga.
Aku pikir segenap kepedulian dan perhatianku akan selalu menghasilkan sesuatu yang indah.
Aku pikir perasaanku akan terbalas dengan rasa yang sama.
Tapi ternyata aku salah. Walaupun begitu satu yang selalu aku pegang, menyayangi itu memberi dan tak perlu mengharapkan balasan. Menyayangi harus tulus seperti lilin, dia memberikan cahaya walapun tubuhnya harus terbakar.
Aku sadar ini bukan negeri dongeng, dimana aku akan mendapatkan semua yang aku inginkan dengan mudahnya. Ini bukan negeri dongen dimana cinta sang putri selalu tersambut oleh pangeran. Ini dunia nyata, sesakit apapun rasaku sekarang ini harus aku hadapi.