Mohon tunggu...
Lutfi Bungaa
Lutfi Bungaa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Menulislah agar abadi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Cegah Food Waste, Platform Ini Selamatkan Surplus Makanan

15 Januari 2021   10:00 Diperbarui: 15 Januari 2021   10:05 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ungkapan 'berhentilah makan sebelum kenyang' atau 'ambil secukupnya' adalah hal yang umum kita dengar, namun sering diabaikan. Tanpa kita sadari, kalimat tersebut mengandung makna agar kita lebih menghargai makanan yang kita konsumsi. Sayangnya, masih banyak orang menyepelekan hal ini dan masih membuang-buang makanan. Padahal, sisa makanan butuh waktu 1-6 bulan agar dapat terurai.

Bereaksi akan hal ini, ada platform khusus yang hadir untuk menjawab masalah food waste di Surabaya. Corine Stefanie selaku co-founder platform EMAN Official, bercerita kalau ide ini berkiblat dari negara-negara Eropa, khususnya Belanda dan UK. Masyarakat di negara tersebut dinilai sangat peduli dengan makanan serta proses pengolahan makanan begitu detail guna menekan angka food waste. Hal ini yang kemudian EMAN coba terapkan, untuk menumbuhkan food waste awareness dan menjadi culture baru di masyarakat.

Eman food bukanlah food waste

Food waste adalah salah satu pencemaran lingkungan yang sering kita lakukan. Berdasarkan data dari The Economist Intelligence Unit tahun 2016, Indonesia merupakan penyumbang sampah terbesar kedua setelah Arab. Setidaknya ada 1,7 juta ton sisa makanan per tahun yang dihasilkan di Indonesia di mana setiap orang dapat menghasilkan 300 kilogram sisa makanan per tahun.

Mengambil dari istilah Bahasa Jawa, eman, yang berarti sayang (sekali kalau dibuang) beginilah cara Corine Stefanie memandang jumlah sisa makanan berlebih di Surabaya. "EMAN food itu bukan food waste," tuturnya. Ia menjelaskan kalau platform-nya menyelamatkan sisa makanan yang hari itu tidak terjual. "Jadi yang kita jual itu makanan surplus (lebih) kalau nggak diselamatkan akan menjadi food waste," jelasnya saat ditanya perbedaan food waste dan eman food.

Mengajak kerjasama pelaku usaha makanan

Sejak soft opening-nya di 12 Oktober 2020, sudah ada 11 bakery dari Surabaya dan Sidoarjo yang tergabung di EMAN. Dalam memperkenalkan platform EMAN, Corine dan tim menggunakan sistem jemput bola. Mereka mendatangi tenant-tenant untuk bertanya tentang pengolahan makanan surplus sambil menjelaskan proses bisnis yang memudahkan tenant dan tujuan dari EMAN. Langkah ini dinilai efektif, terbukti setelah berjalannya program EMAN, ada tenant baru yang mulai tertarik untuk bergabung.

Ke depannya, EMAN berencana melebarkan platform ini hingga ke Malang. Selain masih dalam jangkauan Jawa Timur, mereka menilai Malang memiliki banyak wisata kuliner dan tidak sedikit yang kesulitan menghadapi masalah food waste.

Kualitas makanan ditentukan oleh tenant

Kerjasama yang dijalin oleh EMAN dan tenant adalah memasarkan makanan yang tidak terjual kepada customer. Hari kerja Eman adalah Selasa, Rabu dan Jumat. Pada hari tersebut, EMAN akan menanyakan produk apa saja yang tidak terjual pada tenant untuk dipromosikan di akun instagram mereka @emanofficial.id.

EMAN box yang diselamatkan memiliki standar layak makan dan layak jual. Di awal kerjasama EMAN menjelaskan kalau mereka tidak menjual makanan rusak. Hal ini yang membuat semua kualitas makanan tersebut dikembalikan lagi ke tenant.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun