Mohon tunggu...
Lutfiah Hayati
Lutfiah Hayati Mohon Tunggu... Wiraswasta - I am a happily full time mother

Ibu muda yang gemar menulis, berbisnis di kaos anak @ahakids.id, dan suka dunia personal growth & community development

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cari Tahu Sikap Dasar Penulis, Yuk!

10 November 2018   06:18 Diperbarui: 8 Agustus 2019   17:21 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis adalah profesi yang tidak akan hilang. Peninggalannya bisa jauh lebih panjang dari usia sang penulis itu sendiri. Di era digital, kebutuhan menulis bukan hanya untuk penulis atau jurnalis. Kini, era informasi adalah miliki publik. Setiap orang bisa menulis, minimal buat status di sosial media, caption di instagram, atau jadi content creator buat vlogging ala-ala youtuber.

Di rangkaian acara #DanoneBloggerAcademy, Wisnu Nugroho memberi tahu sikap dasar seorang penulis;

Skeptis

Skeptis adalah sikap untuk meragu-ragukan. Tentu bukan tanpa alasan. Akan tetapi, agar timbul keinginan untuk menggali lebih jauh sehingga menghantarkan diri untuk mencari kebenaran.

Kenapa harus skeptis?

"Jangan mudah percaya dengan apa yang kamu baca di internet, hanya karena ada foto dan quote di sebelahnya."

Karena dengan tidak memiliki sikap skeptis, bahayanya adalah seperti yang terjadi saat ini, masyarakat menelan mentah-mentah semua yang dilihat dan dibaca.

Dengan sikap skeptis, akan muncul tulisan-tulisan yang kaya dan berdaya.

Makin sederhana, makin kece.

Fakta bahwa banyak generasi millenial, benda yang pertama kali dicari saat bangun tidur adalah gawai. Orang banyak membaca informasi dari gawai, karena gaya kepenulisan di online lebih pendek dan praktis. Meski tantangannya adalah kedalaman tulisan terabaikan, tetapi di sisi lain tulisan pendek disarankan, maksimal 400 karakter.

Kenali Pembaca

"Menulis adalah proses berpikir. Bila tulisan dapat dibaca tanpa bersusah payah, maka itu disebabkan kesulitan yang besar telah hilang dan ditelan oleh penulisnya". (Enrique Poncela, Penulis Spanyol).
Mengenali siapa sasaran  pembaca dan menjadikan pembaca sebagai support system dan partner akan menghasilkan tulisan yang jujur dan rendah hati tanpa mengabaikan sikap menggali bahan secara detail.

Bagaimana? Mudah kan? Menulis adalah sepi, sendiri. Yang gak kuat sepi, menyendiri. Akan sulit. #Eaaa

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun