Mohon tunggu...
Lutfiah Azzahra
Lutfiah Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - UPN "Veteran" Jawa Timur

Saya seorang Mahasiswi Jurusan Agribisnis dari Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, dengan memiliki ketertarikan yang kuat dalam mengatur dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kepemimpinan dan kegiatan sosial lingkungan. Saya juga seseorang yang bersemangat dan memiliki rasa ingin tahu mendalam untuk mengekspresikan dan memperoleh pengetahuan baru, khususnya di bidang teknologi. Saya memiliki rasa tanggung jawab yang kuat, disiplin dan berkomitmen untuk meperbaiki diri, dan juga memiliki bakat di bidang olahraga yaitu basket. Saya tertarik pada bidang Digital Marketing dan sekarang saya sedang mendalami ilmu tersebut untuk meningkatkan keahlian saya dan menambah nilai profesional saya. Saya juga selalu bersemangat untuk mempelajari lebih terkait bidang tersebut dan menerapkan keterampilan dan semangat saya untuk memberikan dampak positif dalam bidang bisnis dan sosial lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sikap Bela Negara di Era Digital untuk Menanggapi Anacaman Global dan Lokal

16 Desember 2024   00:28 Diperbarui: 16 Desember 2024   00:43 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mencegah berita bohong dengan memanfaatkan teknologi (Oleh Chelsea Beck, Sumber: npr.org) 

Di tengah kemajuan teknologi yang pesat, konsep bela negara mengalami pergeseran yang signifikan. Dulu, bela negara seringkali dipahami sebagai kewajiban untuk membela tanah air dengan cara berperang secara fisik. Namun, dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, ancaman terhadap negara juga semakin beragam, termasuk serangan siber, terorisme digital, hingga penyebaran informasi yang merusak persatuan bangsa. Melalui teknologi dan informasi yang semakin canggih, negara dan masyarakat dihadapkan pada tantangan baru yang memerlukan keterlibatan aktif setiap elemen bangsa dalam mempertahankan kedaulatan, serta menciptakan rasa aman dan stabilitas nasional. Lantas, bagaimana seharusnya kita, sebagai warga negara, merespons tantangan tersebut? Apakah bela negara di era digital masih relevan, ataukah perlu disesuaikan dengan kondisi zaman?

Bela Negara dalam Konteks Digital

Salah satu isu besar yang mengemuka belakangan ini adalah ancaman dunia maya (cyber threats). Serangan siber dapat merusak infrastruktur vital negara, mencuri data sensitif, hingga menyebarkan disinformasi yang dapat menumbuhkan ketidakpercayaan dan ketegangan sosial. Beberapa negara besar sudah menghadapi ancaman semacam ini, seperti yang terjadi pada serangan siber terhadap lembaga pemerintahan di Amerika Serikat dan Estonia, yang membuktikan betapa pentingnya ketahanan dunia maya dalam menjaga kedaulatan negara (Kshetri, 2017). Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi, serangan siber menjadi salah satu bentuk ancaman yang paling nyata di dunia modern.

Di Indonesia, ancaman serangan siber juga semakin meningkat, terutama dengan meningkatnya ketergantungan terhadap teknologi dalam hampir setiap aspek kehidupan. Oleh karena itu, bela negara harus meliputi kemampuan untuk menjaga dan melindungi ruang digital kita. Kesadaran dan literasi digital yang tinggi, termasuk pemahaman terhadap cara melindungi data pribadi dan mengenali hoaks, menjadi salah satu pilar utama dalam mempertahankan negara di era digital ini.

Peran Generasi Muda dalam Bela Negara

Generasi muda Indonesia memiliki peran penting dalam memperkuat ketahanan negara. Selain sebagai agen perubahan sosial dan budaya, mereka juga memiliki kemampuan di bidang teknologi yang menjadi kunci untuk menghadapi ancaman digital. Edukasi dan pelatihan tentang keamanan siber perlu digalakkan agar generasi muda siap menjadi benteng pertahanan negara di dunia maya.

Mereka juga memiliki potensi untuk menjadi pemimpin yang mampu mendorong inklusi sosial dan memperkuat rasa persatuan melalui media sosial dan platform digital lainnya. Namun, tantangan terbesar adalah bagaimana menghindarkan diri dari terpapar ideologi radikal yang seringkali disebarkan lewat internet. Inilah pentingnya mengedukasi generasi muda dengan nilai-nilai Pancasila dan semangat kebangsaan yang inklusif, agar mereka tidak terperangkap dalam pemikiran ekstrem.

 

Warga berada di dekat spanduk penolakan terhadap teroris di kawasan Jl Malioboro, Yogyakarta, Selasa (15/5). 
Warga berada di dekat spanduk penolakan terhadap teroris di kawasan Jl Malioboro, Yogyakarta, Selasa (15/5). 
Bela Negara dalam Isu Terorisme dan Radikalisasi

Salah satu ancaman yang sangat serius bagi Indonesia adalah terorisme dan radikalisasi. Isu ini semakin relevan, mengingat fakta bahwa radikalisasi seringkali berkembang di kalangan kelompok muda yang mudah terpengaruh oleh ideologi-ideologi ekstrem. Negara harus memperkuat upaya pencegahan, baik melalui pendidikan, kerjasama antar lembaga, dan partisipasi aktif masyarakat dalam mendeteksi potensi ancaman terorisme.

Namun, bela negara dalam konteks ini tidak hanya tentang melawan radikalisasi semata, tetapi juga tentang membangun kesadaran bersama akan pentingnya menjaga kedamaian, keberagaman, dan toleransi dalam masyarakat. Peran serta masyarakat dalam melawan radikalisasi melalui pendekatan preventif dan edukatif menjadi hal yang sangat penting.

Kesadaran Nasional dan Gotong Royong

Di tengah polarisasi sosial yang semakin tajam, nilai-nilai gotong royong yang terkandung dalam Pancasila perlu digalakkan. Bela negara tidak hanya terbatas pada upaya fisik atau militer, tetapi juga harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita sebagai warga negara. Dalam menghadapi segala ancaman, baik yang datang dari luar negeri maupun yang muncul dari dalam negeri, kita harus kembali mengingat bahwa kekuatan terbesar bangsa ini terletak pada persatuan, kebersamaan, dan saling mendukung di tengah perbedaan.

Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia membutuhkan kerjasama lintas sektor baik pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta untuk menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif. Oleh karena itu, nilai-nilai gotong royong yang sudah ada sejak zaman dahulu harus terus diperkuat untuk menjaga stabilitas sosial dan politik dalam menghadapi tantangan masa depan.

Dengan begitu, Bela negara tidak hanya terwujud dalam bentuk perjuangan fisik di medan perang, tetapi juga dalam cara kita menghadapi berbagai ancaman yang terus berkembang di zaman ini. Ancaman digital, radikalisasi, dan disintegrasi sosial adalah tantangan nyata yang harus dihadapi dengan tekad dan kerjasama bersama. Generasi muda memiliki peran kunci dalam mengawal ketahanan negara, baik di dunia maya maupun di dunia nyata, dengan tetap mengedepankan nilai-nilai kebangsaan dan persatuan. Sebagai bangsa, kita harus menyadari bahwa bela negara adalah tanggung jawab bersama. Dengan kesadaran, pemahaman, dan partisipasi aktif setiap elemen bangsa, Indonesia dapat terus bertahan dan berkembang menghadapi tantangan global di era digital ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun