Mohon tunggu...
Lutfan Allen Radityo
Lutfan Allen Radityo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jakarta

Mahasiswa yang sedang mencoba menjadi kontributor sebagai penulis artikel di media online.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Eksplorasi Proses dan Minat Pada Animasi 2D

28 Maret 2022   23:23 Diperbarui: 28 Maret 2022   23:50 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Animasi 2 dimensi atau biasa dikenal dengan animasi 2D banyak digunakan dalam proses pembuatan film kartun terkenal. Walaupun prosesnya rumit, salah satu negara seperti Jepang masih mempertahankan teknik ini. Jenis animasi 2D adalah jenis animasi yang memiliki sifat flat secara visual. Animasi ini dibuat dengan dua teknik pembuatannya, yaitu secara manual atau tradisional dan juga secara komputer. Teknik animasi 2D secara manual memungkinkan animator untuk membuat gambar pada lembaran yang berlapis-lapis yang disebut dengan celuloid. Beberapa contoh film animasi 2D yang terkenal adalah Tom And Jerry, Scopby Doo, dan Doraemon.

Animasi 2D dengan menggunakan teknik tradisional atau yang lebih dikenal dengan sebutan celluloid animation merupakan animasi yang terdiri dari lembaran-lembaran atau gambar yang membentuk animasi tunggal. Setiap Cell memiliki objek yang terpisah-pisah, namun dengan satu latar belakang yang sama. Sehingga ketika gambar-gambar ini diputar secara bersamaan akan membentuk sebuah animasi yang utuh. Jenis dari animasi ini adalah animasi Hand Drawn, Flip Book, Rotoscoping, dan sebagainya. Animasi 2D merupakan jenis teknik tradisional yang digunakan dalam menghasilkan karya animasi. Baik itu berbasis video pendek ataupun film, proses pengerjaan pada bentuk animasi ini memerlukan waktu yang panjang. Inti dari bentuk animasi 2D merupakan gambar yang bergerak. Dalam satu detik saja, seorang animator memerlukan paling sedikit 12 gambar. Adapun 24 gambar yang digunakan per detik bila ingin menghasilkan gerakan yang lebih mulus. "Tergantung karya yang akan dihasilkan pokoknya," ungkap Johan Kristanto, animator dan dosen Universitas AMIKOM Yogyakarta.

Berbeda dengan jenis animasi modern, jenis animasi 2D paling tradisional masih mempertahankan cara lama. Animator diharuskan untuk menggambar setiap itemnya satu per satu. Menurut Johan, sejumlah film animasi bahkan masih menggunakan kertas dan scanner sebagai alat utama. Adapun beberapa yang melakukan pewarnaan dengan cat dan kuas.

Johan menjelaskan bahwa untuk membuat satu objek saja prosesnya tidak mudah. Mulanya, sketsa gerak gambar akan dibuat oleh seorang Key Animator. Kemudian dilanjutkan pada In-between Animator untuk memperhalus gerakan dengan menambah sejumlah gambar. Gambar gerakan yang sudah membentuk kesatuan utuh kemudian diperbaiki. Lalu, diwarnai oleh divisi Colour Animator. Baru kemudian gambar diproses dengan tambahan item dan background di divisi lainnya. Itulah mengapa budget yang diperlukan untuk membuat animasi 2D sistem lama lebih mahal.

"Saya dan tim dengan total ratusan orang membuat film animasi sepanjang 1,5 jam, memerlukan setidaknya 2 tahun untuk produksi," terang Johan.

Dalam penjelasan animator Battle of Surabaya itu, praktek animasi 2D telah memasuki era baru. Tidak semua animator mempertahankan cara lawas dalam dasar proses produksi. Meski jenis animasi ini disebut sebagai seni tradisional, banyak fitur baru yang hadir dan mempermudah animator dalam membuat suatu karya. Hal ini menjadikan dasar animasi 2d frame by frame bisa tidak digunakan. "Kalau kata beberapa animator, 2D modern itu cara curangnya untuk buat animasi 2D," celetuk Johan.

Johan menyebutkan sebuah teknik yang disebut face tracker. Pada fitur ini, animator cukup membuat satu gambar dasar. Dengan bantuan kamera, gerakan akan tercipta setelah fitur mendeteksi objek. Dalam kondisi ini, manusia digunakan sebagai subjek untuk menghasilkan gerakan dari gambar.

Kemudian ada pula teknik cut out. Jenis teknik animasi ini mengharuskan animator untuk membuat rangka sebuah objek animasi persis seperti membuat wayang. Kepala, badan, alat gerak, dan item lainnya dipisah. Ini dilakukan agar setiap bentuk nantinya dapat digerakkan.

Lalu Apakah Animasi 2D Masih Mempunyai Peminat ?

Meski sulit dalam produksi pembuatannya, nampaknya  animasi 2D tradisional selalu memiliki peminatnya tersendiri. Johan menyebutkan beberapa jenis animasi dan pasarannya. Untuk area asia termasuk Indonesia, peminat karakter kartun Jepang sangat banyak. Berbeda dengan minat di negara Eropa dan Amerika yang memiliki bentuk animasi yang khas.

Menurut salah satu penggemar anime, Muhammad Dani. Sebuah film animasi atau anime tidak hanya dilihat dari bagaimana cerita itu berlangsung. Tapi juga pengetahuan terhadap proses produksi pembuatannya. Dani mengaku tertarik pada nilai yang ditorehkan para animator di dalam film tontonnya. "Awalnya senang dan suka saja menonton film animasi atau series anime. Tetapi lama kelamaan jadi penasaran ingin tahu bagaimana proses cara pembuatannya," ungkapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun