Mohon tunggu...
Riyadi Mubdi Zhaahir
Riyadi Mubdi Zhaahir Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Memohon kepada Allah sebesar-besar'y kekuatan, sebesar-besar'y pengaruh bagi kebaikan sesama' demi Ridho Allah SWT... \r\n\r\n--- Then which of the favours of your LORD will you deny? (QS. Ar-Rahmaan) ---\r\n\r\n\r\nLove learning and never give up!!

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Ya Allah Ridhoi Ibuku

18 Oktober 2011   16:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:48 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat Terakhir Kebersamaanku Dengan Ibu

Dikampung halaman kami semua merasa senang. Sejak kecil aku memang senang sekali kalau pulang kampung. Jika sudah dikampung biasanya aku selalu ingin tinggal disana dan tak ingin balik ke Tangerang. Tapi kehidupan terus berjalan, mata pencahariannku saat ini di Tangerang.

Bapak dan adikku kembali ke Tangerang lebih awal. Sedangkan aku tetap tinggal di kampung menemani Ibuku.  Mereka berangkat sekitar jam enam sore melalui Terminal Grosir Comal Pemalang, Jawa Tengah. Saat keberangkatan Bapak dan adikku, pada malam harinya Ibuku mendadak menggigil kedinginan lalu berjalan menuju kamar. Aku tidak tahu apa sebabnya. Saat itu Ibuku, aku dan beberapa saudaraku berada di ruang tamu. Ibuku beristirahat di bangku panjang sambil tiduran dengan bersandarkan bantal. Aku dan saudaraku menonton TV.

Mendadak suasana rumah menjadi ramai. Aku berlari menghampiri Ibuku ke kamar. Kulihat Ibuku sedang menggigil kedinginan dan nafasnya tersengal-sengal. Segera saudaraku yang lain berdatangan. Aku duduk  mendekati Mamaku. Sepupuku segera menelepon menghubungi Bapak dan adikku yang masih dalam perjalanan agar kembali pulang ke rumah. Tapi saat itu terbentur masalah sinyal sehingga tidak dapat dihubungi. Waktu itu antara pukul 7-8 malam.

Lalu bibiku menangis dan meminta maaf kepada Ibuku saat melihat kondisi beliau dengan nafas tersengal-sengal. Hal itu membuatku sangat takut dan khawatir. Kulihat Ibuku memberi isyarat memaafkan, segera aku juga meminta maaf kepada Ibuku atas semua dosa-dosa yang pernah aku lakukan pada beliau. Ibuku memaafkanku. Sungguh kasih sayang seorang Ibu tidak terbatas, aku menangis. Simbahku dan saudara-saudaraku yang lain membimbing Ibuku mengucapkan dua kalimat Syahadat dan Istighfar. Kemudian aku memasangkan kaos kaki agar kakinya tetap hangat atas saran saudaraku yang hadir.

Suasana mulai membaik, ketegangan mereda. Ibuku mulai bisa mengatur nafasnya. Bapak dan adikku tidak lagi dihubungi karena kondisi Ibuku sudah membaik

Sudah hampir sebulan aku menemani Ibuku di kampung. Dan selama itu pula Ibuku memberikan contoh nyata kepadaku bahwa dalam kondisi apapun, seberat apapun sakit yang kita derita janganlah pernah berputus asa atau kecil hati dan tetaplah yakin kepada takdir Allah SWT.

Selama di kampung Ibuku berobat kesana-kemari. Mulai ke pengobatan tradisional hingga ke klinik. Ibuku sempat dua hari dirawat di Klinik Mitra Sehat Comal. Setelah itu kondisinya membaik dan kembali dibawa pulang.

Pada suatu hari aku menyuapi Ibuku makan bubur putih. Tapi ada yang membuatku heran, karena biasanya saat aku menyuapi, Ibuku hanya bisa manghabiskan satu atau dua sendok makan saja, setelah itu minum obat. Tapi hari itu Ibuku menghabiskan dua bungkus bubur putih yang ada. Sesaat aku merasa senang karena nafsu makannya bertambah dan kemungkinan cepat sembuh lebih besar.

Mendadak semua panik karena tiba-tiba kulihat bibir Ibuku bergetar sambil berkata meminta Bapak dan adikku segera pulang ke kampung saat itu juga. Beliau juga bilang badannya terasa lemas dan kondisinya mengkhawatirkan. Kami yang ada disitu segera mengambil keputusan membawa Ibuku ke klinik. Sesampainya disana Ibuku sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri. Bapakku ditelepon agar segera pulang. Ibuku dipasangi selang oksigen. Melihat kondisi Ibuku, pihak klinik menyatakan tidak sanggup menangani, lalu merujuknya ke Rumah Sakit Keraton Pekalongan, Jawa Tengah.

Dengan ambulans kami menuju ke RS. Keraton Pekalongan. Tiba disana Ibuku langsung dibawa ke ICU. Aku, Simbahku dan dua pamanku menunggu diluar. Alhamdulillah keluar dari ICU Ibuku telah siuman dan dibawa menuju kamar rawat inap. Disana aku bersama Simbahku menemani Mama tercinta. Ibu dari Mamaku memang masih hidup dan beliau satu-satunua nenek yang masih ku miliki saat ini. Sedangkan suaminya telah meninggal sebelum Mamaku menikah dengan Bapakku. Kakek dan Nenek dari Bapakku pun telah mendahului kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun