Mohon tunggu...
Riyadi Mubdi Zhaahir
Riyadi Mubdi Zhaahir Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Memohon kepada Allah sebesar-besar'y kekuatan, sebesar-besar'y pengaruh bagi kebaikan sesama' demi Ridho Allah SWT... \r\n\r\n--- Then which of the favours of your LORD will you deny? (QS. Ar-Rahmaan) ---\r\n\r\n\r\nLove learning and never give up!!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ceritaku Berjualan Koran

12 Juli 2011   16:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:43 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berawal dari ketidakmampuanku membeli pulsa. Ini dikarenakan masa kontrak kerjaku yang habis dan tidak diperpanjang. Sistem kerja outsourcing membuat sebagian pekerja di Indonesia was-was.

Malam itu aku asyik bermain playstation bola bersama teman-temanku hingga tak terasa waktu menunjukkan pukul. 23.30 WIB. Aku menyudahi permainan dan pulang, sementara teman-temanku melanjutkan permainan. selang beberapa waktu dalam perjalanan pulang, tiba-tiba aku tersentak, teringat akan masa tenggang kartu prabayarku yang sudah memasuki hari terakhir. Tanpa pikir panjang aku tancap gas. Tak lama menyusuri jalan raya Kota Tangerang, aku berhenti pada sebuah counter pulsa. Kulihat uang dalam saku, hanya cukup membeli pulsa Rp.5000. Ada dua penjaga saat itu.

Kutuliskan nomer Hp ku pada buku tertera. Penjaga counter segera melakukan transaksi transfer pulsa. Tidak lama kemudian aku bertanya apa pulsanya sudah terkirim atau belum. Dia pun bertanya kembali "emang Hpnya ga dibawa?". Aku jawab "tidak dibawa". Lalu diapun menjawab "pasti sudah". Tapi batinku berkata ada yang tidak beres, sebab Hp yang digunakannya untuk transaksi diutak-atik. Saat aku tanya kenapa, dia menjawab "sedang menghapus inbox yang penuh". Kurang lebih begitu percakapan kami.

Sejak pertama aku turun dari motor dan melihat mereka, aku sudah tidak yakin pada keduanya. Mimik wajah mereka seperti penjahat yang mengisyaratkan kalau kedua penjaga counter tersebut tidak dapat dipercaya.

Tidak mau buang waktu, kubayar pulsa itu dan akupun melesat kencang menuju rumah. Sesampainya dirumah aku cek simcardku. Benar saja, pulsanya belum masuk dan masih dibawah Rp.100. Lalu aku membangunkan Bapakku yang sudah tertidur. Sambil plis-plis dan mengatakan kalau nomerku akan kadaluwarsa 15 menit lagi, aku meminta uang pada Bapakku "Maaf Bapak, ucapanku menyesal dalam hati" dengan penuh harap. Dan akhirnya diberi juga. Buru-buru aku pergi mencari counter. Mengingat sudah larut malam banyak counter yang tutup. Akhirnya kutemukan juga, agak jauh dari rumahku.

Sesampai di counter kira-kira waktu tinggal delapan menit. Aku minta isi ulang pulsa XL Rp.5000. Bukannya buru-buru diisi, malah si penjaga counter keheranan, karena menurutnya nomerku bukan XL tapi IM3. Ya aku maklumi, karena aku pernah mengalami itu sebelumnya. Terang saja penjaga itu mengira IM3 karena no XL ku 0859xxxxxxxx.

Waktu semakin habis. Lantas aku bilang "mas buruan isi, kartu saya sudah masuk masa tenggang terakhir, tinggal tujuh menit lagi". Penjaga yang satu nyeletuk " biar cepat pake voucher aja". Akhirnya diapun mengambilkan voucher Rp.10000, lalu dia menggosoknya. Saat akan isi ulang aku merasa janggal, ada yang berbeda dengan voucher itu. Jelegerrrr, dia salah kasih voucher, ternyata dari tadi tuh dia dengarnya esia. Owalah dasar ndak mudeng, berarti dari tadi dia ga connect. Penjaga ketiga masang muka ngeselin, pake bilang rese segala "yang jaga counter tiga orang". Waktu hampir habis, makin paniklah aku. Aku bilang "mas cepetan tinggal enam menit lagi nih". Dengan segera penjaga pertama mengisi nomerku dengan pulsa elektrik Rp.5000 setelah penjaga kedua mengisyratkan bahwa pulsa XL elektrik masih tersedia.

Alhamdulillah akhirnya pulsa itu masuk juga dan nomerku masa aktif lagi untuk tujuh hari kedepan dan masa tenggang untuk 20 hari mendatang. Tak sengaja pada saat yang bersamaan temanku sejak kecil baru pulang kerja dan mengisi pulsa ditempat yang sama, Rizki namanya. Kami pun pulang bersama.

Setelah kejadian itu aku belum mengisi XL ku beberapa hari atau dengan kata lain sampai masa aktifnya hampir habis dan mendekati masa tenggang. Aku memutar otak bagaimana caranya mendapatkan uang selagi aku belum mendapatkan panggilan kerja. Ternyata Allah SWT menolongku, terlintas nama temanku Imam. Awalnya ia seorang pedagang koran dengan lapak kecilnya. Namun tidak berjualan lagi karena telah bekerja pada sebuah perusahaan.

Kutelepon Imam malam itu juga dengan meminjam Hp Bapakku dan Beliau mengiyakan. Singkat kata Imampun mengiyakan niatku berjualan koran dan mengantarku ke agen tempat dulu ia mengambil eksemplar demi eksemplar untuk dijual. Kesepakatan dibuat dan aku mulai berjualan Senin, 11 Juli 2011.

Di pagi, hari pertamaku berjualan koran ku kayuh sepeda memoryku. Kusebut sepeda kesyanganku itu dengan sebutan memory bukan tanpa alasan. Bersama sepeda itulah memiliki kenangan indah ketika aku masih bekerja di Toko Jaya Raya, toko grosir pakaian dan karpet di Ruko tepat depan Pasar Anyar Kota Tangerang Banten selama 11 bulan. Terhitung mulai Jum'at, 2 Maret 2007 sampai Kamis, 3 Januari 2008.

Mungkin sebagian orang memandang sebelah mata pekerjaan sebagai penjual koran. Tapi sungguh sejak kecil aku tidak pernah meremehkan pekerjaan ini, Insya Allah. Mungkin karena ketika aku masih kecil dulu, Bapakku membeli koran setiap paginya pada tukang koran keliling. Pada kesempatan yang sama aku dan adikku sering dibelikan majalah anak BOBO dan DUNIA FANTASI tiap kali kedua majalah itu terbit. Kedua majalah anak tersebut sangat menarik bagi kami berdua. Masih kuingat jelas kenangan masa kecilku itu sampai saat ini.

Entah kenapa aku semangat menjalani aktivitas baruku itu. Entah karena masih hari pertamaku jualan koran atau karena memang itu sesuatu yang baru dan seru serta mengasyikkan buatku. Apapun sebabnya aku belum tahu. Tapi memang biasanya aku selalu ingin tahu dan suka pada hal-hal baru yang positif.

Eiits, bukan berarti aku mau terus-terusan brujualan koran. Tentu saja aku selalu ingin menjadi lebih baik, lebih baik dan lebih baik lagi. Seperti yang dilakukan orang Jepang pada teknologinya yaitu repair, repair dan repair. Jika ada kesempatan lebih baik dari ini, aku ambil. Meningkat step by step. Meskipun begitu selama aku berjualan koran aku akan melakukan pekerjaan ini dengan senang hati, semangat dan penuh tanggung jawab sebagai baktiku pada Agamaku Islam.

Aku sadar selama ini aku berada dalam zona nyaman. Aku masih tinggal dengan orang tua, baik saat aku bekerja maupun ketika menganggur. Hingga aku belum mampu menjadi anak yang berbakti pada kedua orang tua dan mandiri. Yang bisa membuat kedua orang tuaku dan keluargaku menangis bangga, haru karenaku.

Kini aku coba masuk zona kritis, guna menggembleng kepribadian, mental dan karakterku dalam berwirausaha. Ya Allah Ridhai kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun