Mohon tunggu...
Lusy Mariana Pasaribu
Lusy Mariana Pasaribu Mohon Tunggu... Dosen - Ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa dan dipikirkan

Memerdekakan hati sendiri itu penting!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pada Segala Patah Hati, Aku Ingin Memiliki Penerimaan

23 April 2021   22:30 Diperbarui: 23 April 2021   23:17 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bukan pernah aku sengaja mengingini mengalami kerumitan pun patah hati. Merasakan ratapan pun hari-hari yang aneh. Ya, begitulah hidup. Apa yang tak pernah diinginkan malah menjadi dan memiliki. Dan parahnya itu mengenai patah hati.

Ah. Selama bumi masih ada. Selama aku masih bernafas. Selalu ada luka dan patah hati. Aku pun tak ingin berlama-lama untuk menyangkal itu. Hari ini, terlebih dari sore hingga malam beberapa jam tadi, aku sulit memelihara diri dari kesukaran. Ada keterasingan yang terasa. Huruf-huruf mati seketika merasuk dalam jiwaku. Tak ada lagi cinta malam ini. Tak ada lagi kesediaan untuk dipahami. Tak ada lagi rindu. Entah mengapa, patah hati ini terjerembab pada jiwa dan pikiranku.

Menyebalkan memang. Patah hati karena lagi-lagi ada insinuasi yang kuterima. Begitu pedih. Sejarah yang dahulu kembali terulang. Ingin melepaskan diri. Ingin memberontak, tapi tak berdaya. Inilah ketidakpastian yang sempurna. Teka-teki zaman. Ketidakadilan hidup, penuh ilustrasi yang penuh kepalsuan.

Namun aku tahu, jika terus berkutat pada patah hati, aku yang terluka. Aku paham, patah yang kurasakan ini, buatku menyadari bahwa aku terbatas dan membutuhkan ketidakterbatasan Sang Maha Sempurna di duniaku. Hingga pada segala patah hati, aku ingin memiliki penerimaan. Belajar menerima kenyataan untuk menerima segala patah hati, sekalipun itu berasal dari gandum yang ada di hatiku. Tidak seharusnya dan tidak benar, jika karena keterbatasanku, aku menuntut lebih atas penerimaan yang kubutuhkan.

Karena hanya aku sendiri yang bisa mengontrol segala rasa yang bergemuruh di jiwaku. Aku sendiri pula yang bisa menyelamatkan kesehatan perasaanku. Dan hanya aku yang bisa mengalahkan patah hati dan mengalami tenang teduh. Sungguh, aku benar-benar tak ingin memiliki perkelahian dengan diriku sendiri. Apa lagi mengalami rasa dari kata Lo Ruhama di Mesopotamia kehidupanku.

***
Lusy Mariana Pasaribu
Rantauprapat, 23 April 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun