Pernahkah para Kers d K kehabisan ide untuk menulis?, aku tidak tahu jawabnya dengan pasti. Tak mungkin juga kutemukan jawabannya dari setiap kers, yang aku sendiri tak tahu berapa jumlah pasti anggota kers d K. Tapi jika aku yang harus menjawabnya, aku pernah bahkan seringkali kehilangan ide untuk menulis. Entah karena jenuh atau pun karena perbendaharaan kosakataku tidak berfungsi dengan baik.
Tapi ada saja hal yang terjadi, entah itu hal baik atau kurang baik sekali pun, yang mengusik perasaanku dan mau tak mau ingin segera keluar dari nalarku pun harus dituliskan. Terkadang aku tak ingin menulis apa pun, tapi terkadang mau tak mau harus melepaskan kata untuk dituliskan.
Jadi jika ditanya padaku, ide menulisku dari mana? Dari banyak hal.
1. Aku mendapatkan ide menulis dari imajinasi atau khayalan tingkat tinggi.
Salah satu hal yang paling kusukai adalah puisi, dan yang memudahkanku untuk menulis puisi adalah imajinasi atau khayalan tingkat tinggi. Imajinasi teramat dekat dalam diri. Bagaimana tidak, ketika sedang sendiri dan merasakan sunyi, imajinasi akan bertebaran di lokomotif hatiku.Â
Tak mau kehilangan kesempatan ketika imajinasi dan khayalan tingkat tinggi memberikanku ide menulis, akan akan menyimpan kata-kata yang hadir di dalam catatan tulisan puisiku. Lalu aku akan melengkapinya menjadi puisi yang utuh saat aku menemukan kenyamanan yang mendukungku.
Dari keseluruhan puisi yang sudah tertulis olehku, bisa kukatakan puisi itu mayoritas kutuliskan berdasarkan imajinasi dan khayalan tingkat tinggi belaka.
2. Aku menemukan ide menulis dari tempatku bekerja.
Ini kisah nyataku kala itu, ketika aku menerima jadwal mata kuliah yang harus ku ampuh di kampus tempatku mengajar tidak sesuai dengan yang seharusnya ketika mengadakan rapat. Â Ketika aku mengetahui hal itu, seketika aku kecewa dan marah. Tak tahu meluapkan pada siapa, aku luapkan dan lepaskan kesesakan hatiku dengan menulis bait demi bait puisi. Aku ingat puisi yang kutulis tentang ini, puisi itu berjudul "Ketidakadilan Hidup". Dan bisa ditemukan di platform blog K, karena sudah saya tayangkan pada tanggal 06 Februari 2019.
Lalu pernah aku pernah menulis artikel edukasi tentang "Etika Berkomunikasi di Grup Whatsapp Umum" dan sudah aku tayangkan juga di K pada tanggal 13 Desember 2018. Kenapa aku bisa menulis artikel ini, kala itu aku sedikit terusik dengan beberapa anggota grup whatsapp kampus yang aku ada di dalamnya. Jelas-jelas yang ada di dalam grup, dari latar belakang agama yang berbeda, tapi tetap saja ada yang tidak menghargai agama minoritas.
Sebenarnya masih ada beberapa tulisan lain yang pernah kutulis karena terinspirasi dari tempat kerjaku, mungkin lain kali akan dituliskan lagi. Ehehe
3. Aku menemukan ide menulis dari lagu yang kudengar.
Bagaimana bisa menemukan ide menulis dari lagu, ya bisa saja. Tapi tentunya tidak setiap lagu. Lagu-lagu tertentu, lagu yang memberikan nada-nada kesenangan tersendiri untuk hatiku.
Yang paling kuingat saat menulis artikel ini adalah puisi berjudul "Cinta Luar Biasa" dan kutayangkan pada tanggal 25 Maret 2019. Ide menuliskan puisi ini, saat aku mendengar lagunya Andmesh Kamaleng, yang berjudul sama "Cinta Luar Biasa". Andmesh Kamaleng merupakan juara lomba menyanyi yang diadakan salah satu stasiun televisi swasta. Ketika mendengarkan lagu ini, seketika aku terhipnotis untuk menulis puisi dengan judul yang sama.
Kemudian, 08 Mei 2019 aku menayangkan artikel fiksi (puisi) yang berjudul "Tak Ada Ruang untuk Cinta yang Lain". Aku menuliskan puisi ini setelah mendengar dan melihat Vidio Clip lagu para seniman musik Indonesia yang sangat keren, Â yakini Yovie Widianto, Glenn Fredly, dan juga Tulus. Mereka berkolaborasi menyanyikan lagu romantis, yakni "Adu Rayu". Kisah dari lagu ini berujung pada pengertian dan kebersamaan, dan aku terinspirasi menulis puisi yang romantis pula, bahwa dalam mencintai kita jangan membiarkan ada ruang untuk cinta yang lain.
Mungkin kers lain, memiliki juga kisah yang sama denganku. Mendapatkan ide menulis dari lagu yang didengar.
4. Aku menemukan ide menulis dari puisi lain yang terbaca olehku.
Banyak puisi yang tercipta melalui nalar pun hatiku karena membaca puisi orang lain, baik itu dari kers atau teman literasiku di instagram.
Sebagai bukti,
Pada tanggal 08 Mei 2020 , aku  mendengarkan musikalisasi puisi teman literasiku di instagram. Musikalisasi puisinya berjudul "Simfoni Luka". Aku mendapat sinar mengalir di hatiku untuk menulis puisi yang berjudul "Simfoni Rindu" dan kutuliskan dalam beberapa jam di hari yang sama. Terbukti puisinya kutayangkan di platform blog K pada tanggal 08 Mei 2020, pukul 21:13 WIB.
Dari kers, pak Taufiq Rahman. Tanggal 22 Juni 2020, aku membaca puisi beliau yang berjudul "Apakah Aku Masih Menjadi Sahabatmu?". Setelah membaca puisi tersebut, aku pun menemukan ide menulis puisi. Aku menanggapi puisi tersebut dengan menulis puisi yang berjudul "Kau Masih Sahabatku" di hari yang sama setelah selang beberapa jam.
5. Tentu yang tak kalah penting, aku menemukan ide menulis dari para teman-teman kers di platform blog K. Dan hal ini sudah pernah kubahas dalam artikelku yang berjudul "Ide dan Insipirasi Berpuisi dari Sesama Kompasianer". Artikel ini kutayangkan pada tanggal 12 Juni 2020.
Tak ada keraguan dari hatiku, bahwa dari sesama kers aku mendapatkan banyak hal baik perihal menulis.
Dan, masih banyak hal sebenarnya yang sudah  kujadikan ide untuk menulis. Tapi untuk artikel ini, lima sumber yang di atas saja yang dibahas. Mari terus berbagi melalui tulisan dan aku pun akan terus menulis untuk kebaikan semesta, setidaknya semestaku sendiri.
Salam literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H