Masih ingat kala itu bagaimana bisa memiliki akun di Kompasiana, karena ajakan teman yang kebetulan memiliki profesi sebagai wartawan di kota Medan
Abang ini berkata di DM instagram, dari pada hanya post puisi di instagram kenapa tidak gabung saja dek di Kompasiana, entah angin apa yang merasuki jiwa saat itu akhirnya saya daftar dan memiliki akun di Kompasiana
Dan tepat tanggal 5 November 2018, saya berani menanyangkan puisi untuk pertama kalinya
Puisi itu berjudul "Tak Seirama" dan jujur kala itu saya tidak memahami bahwa ada label pilihan dan artikel utama. Karena beberapa bulan kemudian saya baru mengerti tentang itu dan ya, artikel fiksi saya yang pertama di kompasiana diberi label "pilihan"
Awal-awal berada di Kompasiana saya tidak menikmatinya, saya merasa tidak ada hal-hal baru. Karena  sebagai pemula kala itu, saya hanya nulis artikel lalu meninggalkan akun.
Sampai beberapa waktu kemudian, entah mengapa saya cukup lama ada di akun kompasiana dan ternyata di kompasiana bisa saling berteman, mengirim pesan pribadi dan saling beri komentar juga rating artikel.
Dan saya ingat siapa teman yang pertama kali mengikuti akun saya dan saya balas ikuti akun bapak itu, seseorang itu adalah pak Ropingi. Seorang guru Matematika dan kebetulan juga penyuka puisi. Dan teman saya semakin bertambah di Kompasiana tapi lebih cenderung sesama penulis genre fiksi. Seiring berjalannya waktu teman saya bertambah dan bukan hanya yang bergenre fiksi. Pun yang menarik, banyak yang sudah centang biru.
Lama kelamaan saya menyadari bahwa berada di Kompasiana, ada daya tarik tersendiri untuk saya. Saya semakin memiliki banyak kosakata baru dan cara menulis yang lebih baik. Artikel pilihan saya juga semakin bertambah, walau sebenarnya saya belum begitu paham artikel seperti apa yang diminati admin K untuk diberi label pilihan dan artikel utama.
Karena menurut saya ada puisi saya yang saya tulis biasa saja eh diberi label pilihan tapi yang saya tulis maksimal eh tidak dilabeli pilihan, itu kembali pada selera admin K. Tapi dilabeli pilihan atau tidak, itu tidak jadi masalah karena saya akan tetap menulis puisi karena melalui tulisan, ada beberapa hal yang dapat tersampaikan tentang apa yang dirasa pun pikirkan dan mayoritas yang saya tulis adalah puisi.
Tidak memungkiri, saya cenderung kalah jika menulis selain puisi. Karena hanya ada beberapa tulisan humaniora dan seingat saya ada 2 atau 3 tulisan itu pun dilabeli pilihan oleh admin K. Ada 4 cerpen yang saya post dan ada 2 yang label pilihan dan saya juga pernah tulis artikel politik, waktu itu masa-masa pilpres. Beberapa artikel edukasi, bahasa, gaya, film dan artikel karir, ya ada juga diantaranya dilabeli pilihan.
Saya semakin mencintai aksara dan menjadikan puisi, kerena bersama puisi banyak hal yang bisa diungkapkan tentang apa yang dirasa pun pikirkan. Pusi-puisi saya yang seadanya akhirnya jadi buku puisi dan untuk pertama kalinya saya punya buku puisi sendiri yang terbit pada tanggal "18 Desember 2018" dan saya beri judul "Aku dan Pencerahan"
Tapi, rasa cinta juga bisa pudar jika tidak terus dijaga. Saya merasakan kejenuhan yang teramat pun terkungkung dalam pekatnya nestapa dan bertepatan dengan ulang tahun pertama saya bersama puisi, tanggal 1 Oktober 2019 dan itu ada pada atikel ke 462. Kalau dikalkulasikan perjalanan saya belum setahun di kompasiana, itu artinya dalam sehari saya pernah post artikel 2 atau 3 artikel.
Hingga akhirnya saya memutuskan untuk berhenti sejenak untuk menulis puisi, tapi sesekali saya masih post puisi di K. Saya post puisi-puisi yang sudah saya tulis sebelumnya atau saya post karena desakan aksara di hati dan ingin keluar dari nalar.
Dan entah kenapa bertepatan ulang tahun saya yang kesekian puluh di Bulan Maret tahun 2020, saya menerbitkan buku puisi kedua dan saya beri judul "Bersama Puisi, Aku Bahagia" Dan isi dari buku puisi itu adalah puisi-puisi pilihan di K. Walau semangat nulis puisi saya belum pulih seutuhnya setelah buku saya terbit, sesekali saya masih berkunjung k Kompasiana.
Dan ya, pencerahan itu kembali menjalari hati dan pikiran saya. Saya berhasil keluar dari keterpurukan yang sedikit banyak saya ciptakan sendiri. Tepat di Bulan Mei tahun 2020, saya ingin kembali merasakan kenyamanan  dengan akasara-aksara puisi saya dan menjadikannya puisi. Dan boleh saya katakan, bersama Kompasiana saya mendapatkan hal baik dan menyenangkan. Pun energi baru perihal literasi yang secara tak langsung boleh dikatakan ada aura baru yang membahagiakan untuk saya pribadi.
Saya berharap semangat menulis terus ada dalam diri. Ketika pun badai kejenuhan kembali menyergap diri, saya akan mampu berjuang dan menyemangati diri sendiri.
***
Lusy Mariana Pasaribu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H