Mohon tunggu...
lusty hamidah
lusty hamidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - hai?

yeoboseo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Anger and Fear

1 November 2022   22:10 Diperbarui: 1 November 2022   22:26 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

d. adaptasi akademik

e. kesehatan fisik

Brooker dan rekan (2014) menemukan bukti untuk tiga kelompok anak berdasarkan ekspresi kemarahan masa kecil. Kelompok marah rendah, kelompok marah tinggi, dan kelompok semakin marah. Bayi dalam kelompok kemarahan rendah menunjukkan lebih sedikit kemarahan pada berbagai tugas pada usia 6 dan 12 bulan. Bayi dalam kelompok kemarahan tinggi menunjukkan penurunan kemarahan antara usia 6 dan 12 bulan, namun bayi dalam kelompok ini menunjukkan ekspresi kemarahan yang lebih tinggi dari waktu ke waktu dibandingkan dengan bayi lainnya.

Selain itu, ekspresi kemarahan anak-anak bervariasi dari orang ke orang, dengan beberapa anak cenderung lebih sering atau mengamuk dengan kekerasan (misalnya, berteriak, mengamuk, memukul) daripada yang lain.

Konsep ketakutan itu sendiri adalah salah satu jenis emosi manusia yang paling mendasar dan kuat. Emosi ini bisa sangat melemahkan, tetapi juga memainkan peran penting dalam kelangsungan hidup manusia. Faktanya, rasa takut diperlukan untuk melindungi semua orang. Perasaan ini mengingatkan dan mempersiapkan Anda untuk situasi yang dianggap berbahaya.

Situasi ini dapat berupa keadaan darurat fisik. Seperti terjebak dalam kebakaran, berdiri di tebing, dll. Namun, itu juga dapat timbul dari situasi yang tidak mengancam jiwa, seperti: Ujian, berbicara di depan umum, menonton film horor, pergi ke pesta. Ketakutan dalam keadaan ini adalah reaksi normal dan alami dari tubuh. Reaksi ini dapat menyebabkan berbagai macam perubahan fisik dan mental, mulai dari yang ringan hingga sedang.

Namun, emosi ini bisa menjadi tidak rasional dan intens, memengaruhi rasa bahagia dan keamanan hingga dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari secara negatif. Kecemasan yang dialami pada kondisi ini bisa jadi merupakan gejala dari gangguan mental tertentu, seperti: Serangan panik, fobia, atau gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Apa perbedaan antara fobia dan rasa takut? Banyak orang berpikir bahwa rasa takut dan fobia adalah kondisi yang sama. Faktanya, beberapa orang mengenali rasa takut sebagai fobia tanpa mengetahui banyak tentang kondisinya. Namun, ada perbedaan antara fobia dan rasa takut. Apa bedanya?

Ketakutan adalah alami dan bagian dari sifat manusia. Manusia dilahirkan dengan naluri bertahan hidup yang diperlukan untuk menanggapi bahaya dan ketidakpastian dengan menimbulkan rasa takut. Ketakutan bukanlah emosi positif, tetapi melindungi kita dengan membuat kita lebih waspada dan siap menghadapi bahaya. Ketakutan membuat kita lebih berhati-hati. Fobia di sisi lain adalah jenis gangguan kecemasan di mana pasien memiliki ketakutan berlebihan terhadap objek atau situasi tertentu. Subjek yang ditakuti mungkin tidak berbahaya. Oleh karena itu, fobia sering dipandang sebagai ketakutan yang tidak berdasar. Perbedaan paling jelas antara fobia dan rasa takut adalah bagaimana mereka bereaksi dan bagaimana mereka muncul.

a. Perbedaan gejala yang terjadi: Salah satu perbedaan antara fobia dan rasa takut adalah gejala yang dialami ketika berhadapan dengan objek ketakutan. Fobia tidak hanya mempengaruhi keadaan psikologis seseorang, tetapi juga dapat mempengaruhi tubuhnya. Ketika orang merasa gugup atau cemas, mereka mungkin mengalami gejala fisik seperti jantung berdebar-debar dan keringat dingin. Namun, gejala ini terasa lebih kuat pada orang dengan fobia.

b. Perbedaan respon terhadap objek yang ditakuti: Berurusan dengan objek dan situasi yang menakutkan masih membuat tidak nyaman. Tapi rasa takut bisa diatasi. Misalnya, jika takut naik pesawat, kita bisa menenangkan diri dengan membaca buku di pesawat atau berdoa sebelum naik ke pesawat. Di sisi lain, jika kita memiliki fobi, reaksi Anda akan lebih ekstrem. Turbulensi selama penerbangan dapat membuat berkeringat, menggigil, menangis, dan memperburuk gejala lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun