Dalam sebuah percakapan, pria lebih cenderung fokus pada pembicaraan status. Jadi, mereka menganggap tidak penting berkonsultasi dengan pasangannya. Fenomena ini membawa kita kepada konsep maskulinitas di mana laki-laki mendapat doktrin untuk menentukan jalan mereka sendiri untuk menjadi gentleman atau "pria sejati". Namun, pria dianalisis jauh lebih banyak bertukar gosip dengan pasangan mereka dibandingkan wanita. Sungguh menarik, bukan?
Dari konsep tersebut, menjadikan stereotip pria yang suka bergosip itu buruk. Gosip seharusnya bukan menunjukkan sifat buruk, melainkan menjadi forum untuk berbagi informasi. Namun, pria lebih cenderung menggunakan kata-kata kasar saat berbicara dengan orang lain.. Dari sinilah muncul stereotipe yang menyatakan bahwa pria yang bergosip tidak selamanya “jantan”. Hal ini menggiring pria yang suka bergosip sebagai gosip guy.
Akibatnya, gagasan bahwa hanya gosip perempuan yang mungkin dengan mudah mendapatkan daya tarik sebagai akibat dari rumor tertentu yang diusung secara efektif oleh laki-laki.
Gosip tidak selalu tentang menyebarkan informasi yang salah dan menjelekkan orang lain. Gosip, dalam sosiolinguistik, adalah tempat berbagi informasi tentang suatu fakta atau fenomena.
Kegiatan ini tidak bisa dijadikan acuan untuk melabeli seseorang secara negatif, baik perempuan maupun laki-laki. Keduanya berada di tempat yang sama dalam bergosip, hanya dengan tujuan dan gaya yang berbeda. Tidak selamanya wanita adalah orang yang paling suka bergosip daripada pria karena fakta menunjukkan bahwa keduanya memiliki andil yang sama dalam membicarakan suatu topik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H