Mohon tunggu...
Syasha Lusiana
Syasha Lusiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku parenting CAHAYA DUNIA, Konselor, Motivator, Teacher

Pembelajar sepanjang hayat agar selalu memberi manfaat untuk masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membelah Cakrawala Dunia melalui Buku

1 April 2021   20:28 Diperbarui: 1 April 2021   20:32 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku rela dipenjara asal bersama buku, aku bebas" demikian ungkapan Muhammad Hatta tentang betapa pentingnya Buku.

Sedemikian pentingnya buku, sampai ada hari Buku Nasional dan ada hari Buku Sedunia. Hari buku sedunia diperingati setiap tanggal 23 april sedangkan hari buku nasional setiap tanggal 13 Mei.

Saati ini hampir di seluruh dunia, manusia mulai kehilangan daya minat baca yang ditandai dengan pergeseran budaya dan perkembangan teknologi.

Teknologi membuat manusia bersikap instan dalam segala hal termasuk menyerap berbagai informasi dalam sekali waktu.  Cukup dengan menggerakkan tangan dengan benda pipih ditangannya, maka terbukalah jendela informasi yang dia inginkan.

Buku sebetulnya dapat mengalahkan teknologi manapun karena dia penyimpan catatan terbaik manusia yang tidak bisa dikalahkan dengan padam listrik sekalipun, atau karena kehabisan quota. Buku adalah pertemuan dua kekuatan yang berhasil memengaruhi pendidikan manusia yaitu seni dan sains. Keduanya bertemu dalam buku.

Buku dapat menghantarkan manusia abadi sepanjang masa sekalipun penulisnya telah meninggal dunia.   

Sejak tahun 1967 dunia merayakan 2 April sebagai Hari Buku Anak Internasional atau International Children's Book Day (ICBD). 

Penggagas utama dalam peringatan itu adalah International Board on Books for Young People (IBBY). Dan penetapan tanggal 2 April merujuk pada hari ulang tahun penulis buku anak terkenal, Hans Christian Andersen karena kontribusinya yang besar dalam perkembangan buku anak.

Kenapa Buku sedemikian penting dalam kehidupan manusia?  Karena Tulisan dalam sebuah buku menandakan peradaban sebuah zaman.   Bahkan, pemikiran, ide penulisnya dapat melompat ke masa depan yang belum kelihatan.  Sehingga melalui tulisan dapat mempengaruhi pemikiran, ideology bahkan merubah kehidupan seseorang secara finansial

Tidak salah kalau kemudian seorang penulis fiksi yang kehidupannya berubah drastis dengan menulis buku yaitu JK.Rowling mengatakan "Buku itu seperti cermin, jika yang berkacanya adalah seorang yang bodoh, engkau tak bisa berharap yang terpantul adalah seorang yang jenius".

Hasil karya para penulis buku ini akan mewarnai pengetahuan umat manusia yang membacanya.   Bagi pencipta buku melahirkan kepuasan tersendiri, selain dia mampu menyampaikan pesan-pesan dan pemikirannya juga dapat menjadi catatan sejarah dirinya sepanjang masa.

Toyosibata, seorang nenek di Jepang mampu menulis buku saat usianya sudah 92 tahun, kemudian melahirkan tulisannya menjadi sebuah buku di usia 98tahun, dan diterbitkan di usia 99tahun, serta rilis ulang di usia 100th.  Sebelum akhirnya tutup usia dai usia 100th, dia sudah berhasil mengabadikan dirinya  dalam bentuk tulisan menjadi buku. 

Atau seorang ulama besar pada masanya, Sayd Qutb melahirkan tafsir "Fii Zilalil Quran" dari balik jeruji penjara.   Orangnya boleh wafat namun hasil karyanya mengabadi sepanjang masa.

Dengan segala kerja keras para penulis, tentu bagi para pembaca pun aktivitas membacanya menjadi sesuatu yang menyenangkan.

Karena para orang sukses dunia banyak melahirkan kesuksesannya dari kebiasaan membaca buku.

Sejarah mencatat bagaimana puncak kejayaan peradaban Islam di masa lalu bisa dicapai karena hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan.             

Ini menandakan bahwa membaca memiliki peranan yang sangat penting dalam peradaban.  Karena  masyarakat dunia dan umat islam di masa lalu rajin membaca.

Tanpa membaca, tak akan ada inovasi-inovasi sains seperti yang kita ketahui sekarang

Banyak pengaruh posiitif bagi mereka yang menjadikan membaca Buku sebagai sebuah kebiasaan.

Membaca buku akan memberikan ketentraman hati bahkan perihal membaca buku ini, Khalifah Ali pernah berkata, "Mereka yang menyibukkan dirinya dengan membaca buku, tidak akan pernah kehilangan kedamaian di dalam hatinya". Sang khalifah melanjutkan, "pengetahuan baru setiap hari akan mengurangi rasa lelah di hati kita, karena ia (hati), sebagaimana tubuh, juga tidak terhindar dari rasa lelah".

Membaca buku dapat menghimpun pengetahuan dan meninggikan derajat karena dengan membaca memperoleh banyak pengetahuan.  Tentu saja, tidak sama orang yang tidak mengetahui sesuatu dengan orang yang memiliki pengetahuan atasnya.  Disinilah letaknya ditinggikan derajatnya, karena orang yang mau membaca buku mengetahui berbagai pengetahuan.

Membaca buku adalah merupakan salahsatu sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

"Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya; dan barang siapa yang ingin (selamat dan bahagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang menginginkan keduanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula." (H.R. Bukhari dan Muslim)

Membaca buku juga dapat meningkatkan daya imajinasi dan daya pikir.  Membaca buku dapat melihat apa yang belum dapat dilihat, menjangkau apa yang belum bisa dijangkau.

Selain itu, membaca dapat meningkatkan konsentrasi dan menjadikan otak terus bekerja secara cemerlang sehinga orang tidak mudah lupa, dan tangkas berpikir.

Buku adalah pertemuan dua kekuatan yang berhasil memengaruhi pendidikan manusia yaitu seni dan sains. Keduanya bertemu dalam buku.

Orang-orang sukses di dunia ternyata punya kebiasaan membaca dalam kehidupannya. Mark Zukcerberg seorang pemuda pendiri Face book mempunyai kebiasaan membaca dengan menyelesaikan membaca buku setiap dua minggu sekali dengan tema-tema buku teknologi, kepercayaan, sejarah dan budaya. 

Demikian pula Bill Gates, seorang pemilik produk Microsoft dunia, dia mempunyai kebiasaan membaca satu buku dalam satu minggu.

Namun, sayangnya kebiasaan membaca buku belum menjadi kebiasaan masyarakat atau anak Indonesia.    Terbukti dari berbagai survey yang dilakukan UNESCO bahwa indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia masih rendah sekitar, 0,001 persen.  Artinya, dari 1000 penduduk hanya ada satu saja yang memiliki keinginan untuk membaca buku.

Bahkan dari hasil penelitian Programme for International Student Assessment (PISA), disebutkan bahwa budaya literasi masyarakat Indonesia berada di urutan ke 64 dari 65 negara yang diteliti.

Kecerdasan sebuah bangsa sangat ditentukan oleh sejauh mana minat mereka dalam membaca, menghargai dan melestarikan keberadaan Buku sebagai gudang Ilmu.    Guru di sekolah-sekolah sering berpesan "Jangan jual bukumu ke tukang loak atau dijadikan bungkusan dagangan, karena sesungguhnya engkau sedang melakukan penghancuran sebuah buku, sebuah maha karya sang penulis sudah membuatnya sedemian kerja keras untuk mewujudkannya menjadi sebuah buku".

Seperti juga yang diungkapkan Milan Kundera "Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, maka hancurkan buku-bukunya.   Maka pastilah bangsa itu akan musnah".

Bibliosida atau penghancuran Buku sering dilakukan oleh para pelaku ekspansi agar musnah semua sejarah tentang manusia di tempat itu.

Di tengah krisis pandemi saat ini, membangkitkan kembali daya minat baca dan menulis buku adalah sebuah keniscayaan.  Terutama pada anak-anak, melalui pembiasaan-pembiasaan yang terus diuapayakan oleh orangtua.   Agar masyarakat Indonesia bangkit kembali daya intelektualnya melalui habitat membaca dimulai dari masa kanak-kanak.  

Walaupun upaya meningkatkan minat baca dikalangan masyarakat telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta.  Dengan adanya Hari buku anak  sedunia, ataupun hari buku nasional adalah merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan daya baca buku di kalangan masyarakat luas. 

Upaya-upaya lainnya bisa dilakukan dimulai dari keluarga di rumahnya masing-masing  dengan membiasakan membedah buku bersama-sama, atau mengkonsumsi buku sebagai bahan bacaan wajib keluarga.  Masa pandemic adalah masa paling tepat untuk melakukan itu semua, dimana hampir seluruh anggota keluarga berkumpul.   Ayah, ibu sebagai penggerak Utama Keluarga, hendaknya menjadi contoh suri tauladan bagi anak-anaknya dalam mencintai buku dan kebiasaan membaca.  Menjadikan Rumah sebagai sarana perpustakaan untuk pengayaan keilmuan keluarga.   Kemampuan berkonsentrasi dalam membuat buku, membaca buku akan mampu meningkatkan imunitas tubuh dan pikiran manusia.

Jika gadget mendekatkan yang jauh, tapi dia mampu menjauhkan yang dekat, dan tidak mampu abadi dalam menyimpan memori.  Sedangkan buku mendekatkan yang jauh, memberi kehangatan untuk yang dekat dan dia mampu menyimpan memori tertulis sekalipun orangnya telah tiada.

Selamat Hari Buku Anak sedunia, selamat menjelajah isi dunia melalui sebuah halaman buku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun