Manusia adalah makhluk sosial dengan berbagai kehidupan yang harus dijalani dan  tentunya tidak bisa hidup sendiri, karena pasti membutuhkan dan memerlukan bantuan dari orang lain.Â
Maka dari itu, sangat penting untuk menanamkan dan memerlukan sikap memanusiakan manusia agar setiap individu merasa dihargai dan tidak ada yang merasa dirugikan. Salah satu contohnya yakni rasa empati, maksudnya kemampuan memahami apa yang dirasakan orang lain, melihat dari sudut pandang orang tersebut dan juga membayangkan diri sendiri berada pada posisi orang tersebut.Â
Dengan sikap empati secara langsung kita memainkan peran penting dalam membangun dan menjaga sarana menjalin hubungan silaturahim hubungan antara sesama manusia.Â
Rasa empati inilah yang di masa sekarang ini sepertinya mulai terkikis. Masing-masing individu sedang berlomba-lomba menyelamatkan dirinya sendiri di tengah perjuangan mempertahankan hidup. Mungkin, sebagian para pesohor negeri ini di media-media sosial tampak sedang gencarnya memberikan rasa empati bagi sesama.Â
Sering kita lihat para pesohor tersebut membagi-bagikan hartanya untuk orang-orang yang membutuhkan. Kegiatan mereka memang patut dipuji dan dijadikan contoh. Hal positifnya kita ambil dan abaikan hal-hal negatif yang akan muncul juga dari setiap kegiatan tersebut. Karena tidak semua orang suka dengan apa yang sudah kita lakukan.
Dari sikap empati tersebut tentunya manusia harus paham betul mengenai attitude yang ada di masyarakat. Bahkan ketika kita mengerti dan memahami nantinya akan mampu menerapkan nilai dan norma dalam bersosial dengan yang lainnya serta mampu menjadikan lingkungan sekitar dapat dikatakan sebagai masyarakat yang madani.Â
Istilah memanusiakan manusia, secara sederhana merupakan upaya yang membuat manusia menjadi lebih berbudaya dan berakal budi. Dengan begitu maka sesama manusia harus menerapkan sikap saling menghargai, menghormati, dan tidak mengadili. Dengan mengamalkan sikap memanusiakan manusia, maka membuatnya terhindar dari sikap sombong atau merasa dirinya paling sempurna daripada orang lain. Konteks memanusiakan manusia di sini yakni salah satunya ikut mendonasikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan, tidak semena-mena terhadap orang lain, menghargai pemikiran atau gagasan orang lain, menghormati saat seseorang itu sedang bicara, memberi makan fakir atau miskin serta masih banyak lagi hal-hal yang berkaitan dengan sikap memanusiakan manusia.Â
Kata-kata bijak mengatakan bahwa hargai orang lain jika anda ingin dihargai, jangan menghina jika tak mau dihina, dan jangan merendahkan orang lain jika tak mau direndahkan. Dalam Islam sendiri bahasan tentang memanusiakan manusia tercantumkan pada Surat al-Isra ayat 70.Â
Lantas, kenapa masih saja ada manusia yang merasa lebih dari manusia lain? Yang berlaku tidak menghargai, tidak menghormati, dan bahkan selalu mengadili? Manusia-manusia seperti ini hanya bisa menilai, tanpa mema'afkan dan memberikan kesempatan manusia lainnya untuk berubah, bertaubat. Allah SWT saja Maha Pema'af, Maha Pengampun, Maha Pemberi Taubat... kenapa manusia tidak? Yang mereka pikirkan hanyalah kepentingan dunia. Menjaga dan melindungi harta, yang notabene tidak akan dibawa saat mereka mati. Tanpa sadar mereka berlaku pongah terhadap manusia lain dengan kamuflase yang diciptakan, mengatasnamakan aturan dan prosedural. Dunia tujuan mereka semata karena mereka sudah tidak lagi bisa memanusiakan manusia lainnya.
Setiap manusia memiliki potensinya dan kemampuan untuk menemukan akidah yang benar, cara hidup yang baik dan etika yang mulia. Takrm dari Allah SWT berimplikasi kepada kemuliaan manusia di bumi secara totalitas bahwa manusia mendapatkan hak untuk menaklukkan daratan dan lautan sebagai ma'syah-nya (rizki), manusia juga berhak mendapatkan rizki dari hal-hal yang baik, manusia semuanya sama dan sederajat, sehingga tidak dibenarkan apapun bentuk praktiknya yang menjadikan manusia tidak sederajat dengan manusia lainnya. Tidak dibenarkan manusia tidak dihargai atas perbuatan baik yang sudah dilakukannya.Â
Memang ada pepatah mengatakan "sebab nila setitik, rusak susu sebelanga". Karena setitik kesalahan, amal dan perbuatan manusia dilupakan, dianggap tidak ada, dianggap tidak mampu, dan dianggap tidak berguna lagi. Dianggap bahwa mereka hanya butuh rasa kasian saja. Tidak seharusnya seperti itu... Allah SWT saja akan menerima taubat seorang penjahat kelas kakap sekalipun, jika memang memohon ampunan-Nya dan berusaha untuk berubah lebih baik. Tapi, kenapa manusia malah selalu melemparkan manusia lainnya yang dianggap telah melakukan kesalahan?Â
Puncak dari orang alim itu yaitu manusia yang mengerti manusia dan manusia yang memanusiakan manusia. Manusia yang bisa memperjuangkan rakyat kecil dan manusia lainnya yang membutuhkan pertolongannya, empatinya, tanpa harus selalu mengadili dan memperlakukannya lebih rendah dari dirinya. Tidak ada manusia yang sempurna dan semuanya sama di hadapan Allah SWT. Biarlah penilaian amal perbuatan selama di dunia hanyalah kewenangan Allah SWT. Jangan menjudge seseorang dengan kacamata sebagai manusia yang memiliki kekuasaan dan harta berlimpah. Hal ini hanya malah menimbulkan ketidaknyaman dan putusnya silaturahmi antar manusia. Apapun, bagaimana pun, sikap dan bahkan kesalahan seorang manusia, biarkan Allah SWT yang memberikan penilaian dan menentukan jalannya.
Semoga kita semua selalu tetap menjadi manusia yang istiqomah, sabar, ikhlas, dan tawakal... menjadi manusia yang rendah hati dan yakin bahwa diatas langit ada langit, agar tidak bertindak dan berlaku melebihi kapasitas manusia itu sendiri.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H