Mohon tunggu...
Lusiana Roamer
Lusiana Roamer Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hidup harus bermanfaat dan berguna untuk orang banyak. Berbuat ikhlas tanpa alasan..

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Eksistensi Tanpa Kompetensi, Apa Jadinya?

20 Februari 2022   12:24 Diperbarui: 27 Februari 2022   14:02 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sukses. (sumber: Thinkstock via kompas.com)

Minggu pagi...

Saatnya rehat dan refresh sejenak,  tapi tetap harus produktif. Menulis adalah hal yang mungkin sebagian orang anggap mudah, padahal di sini kita perlukan ide dan pemikiran yang akan dituangkan. 

Tentang cerita apa yang akan disampaikan bahkan tentang perasaan apa yang akan kita ungkapkan kepada pembaca. Sekedar berbagi cerita dan ilmu saja...

Hmmm... Itu hanya intermezo sejenak saja ya, sahabat

Setiap orang tentunya ingin terlihat berbeda dengan orang lain. Seperti ingin menyampaikan bahwa "ini lho saya", "ini lho yang sudah saya lakukan", " karena saya lho maka anda menjadi hebat". 

Dan, kalimat-kalimat lainnya yang seolah-olah ingin menunjukkan karena jasanya atau berkat kerja kerasnya orang lain menjadi berhasil atau suatu pekerjaan selesai dengan baik. 

Wajar jika memang pengakuan yang dicari, tapi terkadang dibalik itu akan muncul pertanyaan "sebenarnya dia melakukan itu semua tujuannya apa ya?". 

Apakah hanya sekedar butuh pengakuan, ingin terlihat hebat, atau hanya ingin diakui eksistensinya belaka? 

Karena orang-orang seperti itu kebanyakan melakukan sesuatu memang tanpa diminta, tapi setelah selesai melakukannya akan muncul semacam komentar-komentar tadi. Ingin diakui eksistensinya barangkali ya?

Apa sih eksistensi? Eksistensi adalah keberadaan, dimana keberadaan yang dimaksud adalah adanya pengaruh atas ada atau tidaknya kita. 

Terkadang eksistensi diartikan dengan memandang bahwa taraf hidup lebih tinggi dari yang lain dan keberadaannya ditentukan oleh dirinya sendiri bukan karena adanya rekan atau kerabatnya.

Sementara kompetensi sebagai suatu keterampilan, pengetahuan, sikap dasar, dan nilai yang terdapat dalam diri seseorang yang tercermin dari kemampuan berpikir dan bertindak secara konsisten.

 Kompetensi juga tidak hanya tentang pengetahuan atau kemampuan saja, namun kemauan melakukan apa yang diketahui sehingga menghasilkan manfaat bagi orang banyak.  

Ilustrasi Gambar. Sumber : Geulgram
Ilustrasi Gambar. Sumber : Geulgram

Berbicara tentang eksistensi, saat ini banyak terjadi (mungkin juga di sekitar saya ada ya... hheee) yang bersikap seperti itu. Ingin eksis, tapi sebenarnya tidak ada kompetensi yang dimiliki di bidang itu. 

Jadi sekadar hanya ingin terlihat beda dengan orang lain dan bahkan menjadi pusat perhatian khalayak ramai. Hanya sayangnya tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Contohnya :

1. Tenaga pendidik atau tenaga kependidikan yang selalu berkoar-koar tentang kedisiplinan tapi ternyata dirinya sendiri tidak menerapkan itu, misalkan:
a. Menyuruh siswa tidak berambut gondrong, tapi sang pendidik atau tenaga pendidikan itu justru kurang rapi juga rambutnya

b. Siswa dianjurkan berpakaian seragam sesuai hari supaya terlihat rapi, sementara sang pendidik atau tenaga pendidikan itu tidak mematuhi aturan sekolah bahwa gurunya juga harus berseragam sesuai hari karena telah ada kesepakatan antara mereka dengan pihak manajemen sekolah

c. Siswa harus datang tepat waktu sesuai jam pelajaran dimulai, tapi pendidik dan tenaga kependidikan terkadang masih terlambat juga memasuki kelasnya

2. Tenaga pendidik atau tenaga kependidikan mengajarkan peserta didiknya untuk selalu menjaga moral dan etika dalam bersosialisasi dan berkehidupan secara umum.

Tapi pada kenyataannya ada saja oknum pendidik atau tenaga kependidikan yang tidak bermoral dan tidak beretika, sebagai contoh:

a. Adanya peserta didik terutama siswi yang diperlakukan tidak senonoh, sehingga banyak timbul kasus asusila di dunia pendidikan

b. Hubungan sosialisasi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang terkadang diluar koridor lingkungan pendidikan yang seharusnya

Hal-hal tersebut diatas hanya contoh kasus saja yang kemungkinan terjadi di lingkungan sekolah. Seyogyanya saat seseorang memutuskan untuk menjadi tenaga pendidik atau tenaga kependidikan dan berada di lingkungan sekolah, harus memiliki kemampuan juga dalam menjalaninya. 

Kompetensi mendidik sangat diperlukan saat kita siap berkecimpung di dunia pendidikan. Jadi tidak hanya sekedar memberikan pengajaran saja, tetapi juga harus bisa memberikan pendidikan yang dibutuhkan peserta didik. 

Mendidik secara keseluruhan baik moral maupun spiritual, harus dari hati yang terdalam tidak hanya sekedar menggugurkan kewajiban mengajar saja. Seorang tenaga pendidik atau kependidikan harus memilik tanggungjawab moral terhadap peserta didiknya.

Masalah-masalah tersebut menimbulkan adanya eksistensi tanpa kompetensi, dimana hanya ingin terlihat saja tanpa memberikan contoh sesuai ilmu dan kemampuan yang dimiliki. 

Saat seseorang memiliki kompetensi akan diyakini bahwa dia bisa eksis sesuai dengan kemampuannya itu dan bisa menerapkan ilmunya dengan baik. 

Karena dia merasa yakin dan mampu bahwa itu adalah dua hal yang bisa selaras diterapkan. Idealnya orang yang memiliki kompetensi tinggi akan mempunyai eksistensi yang tinggi pula. Dan wajar jika orang dengan kompetensi rendah, eksistensinya akan rendah pula. 

Tapi pada kenyataannya banyak orang yang memiliki kompetensi tinggi,eksistensinya rendah. Dan yang berbahaya adalah saat orang yang memiliki kompetensi rendah, eksistensinya tinggi. 

Ini akan menjadikan kehidupan menjadi tidak sesuai tatanan sebenarnya. Saat seseorang ingin terlihat eksistensinya, tunjukkan jugalah kompetensinya. Berikan contoh dan jadilah figur yang baik bagi peserta didik kita. 

Karena eksistensi berbanding lurus dengan kompetensi kita. Jangan hanya mau eksis dengan jalan pintas, apalagi dengan cara melanggar norma dan aturan yang ada. 

Saat melakukan eksistensi, yakini dan miliki kompetensi dalam diri kita seperti personal competency, profesional competency, intelectual competency, dan social competency. 

Lakukan yang terbaik dan semoga apapun yang dikerjakan bisa bermanfaat bagi orang banyak. Tetap berbuat baik tanpa mengharapkan imbalan atau penilaian apapun.  

Salam sehat dan semoga bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun