Terkadang eksistensi diartikan dengan memandang bahwa taraf hidup lebih tinggi dari yang lain dan keberadaannya ditentukan oleh dirinya sendiri bukan karena adanya rekan atau kerabatnya.
Sementara kompetensi sebagai suatu keterampilan, pengetahuan, sikap dasar, dan nilai yang terdapat dalam diri seseorang yang tercermin dari kemampuan berpikir dan bertindak secara konsisten.
 Kompetensi juga tidak hanya tentang pengetahuan atau kemampuan saja, namun kemauan melakukan apa yang diketahui sehingga menghasilkan manfaat bagi orang banyak. Â
Berbicara tentang eksistensi, saat ini banyak terjadi (mungkin juga di sekitar saya ada ya... hheee) yang bersikap seperti itu. Ingin eksis, tapi sebenarnya tidak ada kompetensi yang dimiliki di bidang itu.Â
Jadi sekadar hanya ingin terlihat beda dengan orang lain dan bahkan menjadi pusat perhatian khalayak ramai. Hanya sayangnya tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Contohnya :
1. Tenaga pendidik atau tenaga kependidikan yang selalu berkoar-koar tentang kedisiplinan tapi ternyata dirinya sendiri tidak menerapkan itu, misalkan:
a. Menyuruh siswa tidak berambut gondrong, tapi sang pendidik atau tenaga pendidikan itu justru kurang rapi juga rambutnya
b. Siswa dianjurkan berpakaian seragam sesuai hari supaya terlihat rapi, sementara sang pendidik atau tenaga pendidikan itu tidak mematuhi aturan sekolah bahwa gurunya juga harus berseragam sesuai hari karena telah ada kesepakatan antara mereka dengan pihak manajemen sekolah
c. Siswa harus datang tepat waktu sesuai jam pelajaran dimulai, tapi pendidik dan tenaga kependidikan terkadang masih terlambat juga memasuki kelasnya
2. Tenaga pendidik atau tenaga kependidikan mengajarkan peserta didiknya untuk selalu menjaga moral dan etika dalam bersosialisasi dan berkehidupan secara umum.
Tapi pada kenyataannya ada saja oknum pendidik atau tenaga kependidikan yang tidak bermoral dan tidak beretika, sebagai contoh: