https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMicm1104059.Â
Foto di atas adalah foto seorang laki-laki, 69 tahun, bekerja sebagai supir yang selama 28 tahun, dan pipi sebelah kiri setiap hari terpajan sinar matahari, selengkapnya dapat di baca di---
Banyak dari kita menganggap penghindaran dari sinar matahari (sun protection) hanya bertujuan agar kulit tidak menjadi gelap saja, sehingga kesadaran orang Indonesia untuk menggunakan sunscreen atau tabir surya masih sangat rendah.
 Tabir surya biasanya digunakan hanya saat ke pantai atau berenang, itupun hanya sekali aplikasi. Padahal pajanan matahari (sinar UV) merupakan hal yang paling memengaruhi berbagai kondisi kulit. Kerusakan yang disebabkan oleh sinar UVA dan UVB tidak hanya menyebabkan pigmentasi gangguan kulit, tetapi juga mempercepat proses penuaan kulit (extrinsic aging), serta sebagai pencetus tumor / kanker pada kulit.
Aging skin / penuaan kulit
Penuaan kulit terbagi menjadi dua, intrinsik dan ekstrinsik. Penuaan kulit intrinsik (chronological aging, physiological aging) adalah penuaan kulit yang akan dialami oleh semua individu, tak bisa dicegah.Â
Derajat penuaan instrinsik ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor internal, misalnya hormon dan faktor metabolik. Selain itu juga bersifat individual terkait ras dan variasi anatomis.Â
Secara klinis penuaan kulit intrinsik tampak sebagai kulit kering, berwarna pucat, disertai kerutan halus, hilangnya jaringan lemak subkutan sehingga menyebabkan pipi dan sekitar mata tampak cekung.Â
Sedangkan penuaan ekstrinsik, terutama karena pajanan sinar matahari (photoaging), tampak sebagai kulit kusam, menebal, kerutan dalam dan kasar, membentuk kulit yang kendur/menggantung (sagging skin), serta telangiektasia pada daerah kulit yang terpajan matahari.
Mengapa matahari mempercepat penuaan kulit? Secara biomolekuler sinar matahari merusak kulit dalam berbagai proses, dengan hasil akhir adalah kerusakan kolagen dan elastin, serta komponen matriks ekstraseluler dermis.
Pajanan kronik dan kumulatif sinar UV dan gagalnya mekanisme perbaikan yang secara seluler tersebut, secara kasat mata menyebabkan kulit kendur (sagging skin), berkerut, dan keriput seperti pada pipi kiri foto pasien di atas.Â