...
Raut muka Kim tambah bingung.
“Power bank ki opo?” tanya Kim. (dia nggak mendadak bisa bahasa Jawa ding, hehehe)
Kaget aku. Masak orang Australia nggak ngerti power bank? Mungkin nggak semuanya kali ya.
Setelah aku jelasin power bank itu apa ke Kim, aku ganti permintaanku jadi nyari adaptor Australia. Aku bilang, colokan yang aku bawa nggak pas sama yang ada di Australia.
Kami pun berangkat ke toko buku, namanya Paper Bark Merchants. Jangan bayangkan toko bukunya segede Gramedia, toko bukunya kecil, cuma sebesar Cha-Cha Milk Tea Gejayan (hehehe, pengen ke sana lagi belum kesampaian), fasadnya nggak terlalu lebar tetapi memanjang ke belakang. Di sana aku membeli dua buku untuk kakak, sebenarnya pengen beli buku lagi namun uangku tidak cukup.
Kim lalu mengantarku ke toko elektronik, namanya Dick Smith. Masih penasaran dengan pertanyaan “Apakah orang Australia nggak tahu power bank?”, aku pun bertanya kepada si pemilik tokonya.
“Excuse me, di sini ada power bank?” tanyaku.
“Power bank? Apa itu?” tanya pemilik tokonya balik.
“Itu lo, alat untuk nge-charge baterai HP blablabla...” jelasku.
“Oh maaf, kami nggak punya,” kata pemilik toko.