Malam kelam di ujung batas peraduan,
Ia yang sedari sore menahan haru,
harus kecewa karena kenyataan.
Sunyi menyayat batin yang kian rapuh,
sementara gulita erat memeluk tulang renta.
Gelap ini lebih sunyi dari sebelumnya,
kala hilang, tutur rayu syahdu sang wanita.
Entah mengapa kepala terasa penuh namun hati begitu sepi.
Waktu perayaan tangis masih mengiringi.
Kosong, hanya terdengar waktu melolong, berjalan sembari menyeret kejam kenangan.
Ia enggan berhenti, untuk sejenak memberi sedikit jeda.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!