Mohon tunggu...
Luqman Fahrudin
Luqman Fahrudin Mohon Tunggu... Lainnya - Kreatif

Menulis kreatif

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Maut Menjelang Pagi #007

13 Maret 2022   05:16 Diperbarui: 2 Juni 2023   17:15 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam kelam di ujung batas peraduan,

Ia yang sedari sore menahan haru,

harus kecewa karena kenyataan.

Sunyi menyayat batin yang kian rapuh,

sementara gulita erat memeluk tulang renta.

Gelap ini lebih sunyi dari sebelumnya,

kala hilang, tutur rayu syahdu sang wanita.

Entah mengapa kepala terasa penuh namun hati begitu sepi.

Waktu perayaan tangis masih mengiringi.

Kosong, hanya terdengar waktu melolong, berjalan sembari menyeret kejam kenangan.

Ia enggan berhenti, untuk sejenak memberi sedikit jeda.

Ia tetap berjalan tunduk pada takdir, 

Ketika yang hidup harus mengubur jasad yang tak akan lagi hadir.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun