Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

The Vegetarian, Novel karya Han Kang yang Tidak Banyak Membahas tentang Vegetarianisme

1 November 2024   12:04 Diperbarui: 1 November 2024   12:44 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah kejadian mengejutkan antara suaminya dan Yeong-hye, ia pun harus bolak-balik setiap seminggu sekali untuk menjenguk Yeong-hye yang dirawat di rumah sakit jiwa.

In-hye menjadi satu-satunya keluarga yang masih mau merawat Yeong-hye saat yang lain, bahkan orangtua mereka sudah tidak peduli lagi. Dan In-hye menanggung semua peran serta beban itu sendirian, tanpa dukungan emosional yang cukup dari siapapun.

Bukankah yang In-hye alami sangat dekat dengan kehidupan banyak perempuan di sekitar kita? 

Sebagian dari mereka yang berani memprotes selalu dianggap tidak bersyukur. Sebagian lainnya hanya bisa diam sambil menyembunyikan kelelahan fisik dan mental mereka.

Lalu, kita akan mengglorifikasi para perempuan yang diam ini. Padahal sebenarnya yang kita glorifikasi adalah luka mereka dan budaya patriarki yang menorehkan luka tersebut.

Kesimpulan

Alih-alih bicara soal vegetarianisme, The Vegetarian justru lebih banyak bicara mengenai daya rusak budaya patriarki dan kekerasan berlapis. 

Han Kang memang mengambil isu yang dekat dengan kehidupannya sebagai perempuan Korea Selatan. Namun, isu yang ia sorot dalam novelnya sejatinya juga terjadi di banyak tempat, termasuk di Indonesia, dalam tingkatan dan bentuk yang berbeda.

Saya ikut bahagia dan bangga dengan prestasi yang penulis terima. Saya suka caranya menciptakan tokoh-tokoh dengan karakteristik yang tidak hitam-putih; perspektif yang ia tawarkan serta adegan-adegan yang mencekam, menggoda sekaligus menyentuh.

Setelah selesai membaca, saya akhirnya paham mengapa Han Kang dan karyanya ini layak diberi penghargaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun