Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

16 Tahun Kompasiana: Wadah Inspirasi, Interaksi dan Berbagi Gagasan

10 Oktober 2024   14:57 Diperbarui: 11 Oktober 2024   11:47 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
menulis untuk berbagi inspirasi, interaksi dan gagasan-sumber gambar: cottonbro studio from pexels

Bagi Kompasiana, tahun ini adalah hari jadinya yang ke-16. Sementara bagi saya, tahun ini adalah tahun ke-5 saya berumah di Kompasiana.

Kompasiana berhasil menepis kekhawatiran saya sebagai penulis pemula dengan memberikan syarat dan ketentuan yang cukup mudah. Kita boleh menulis apa saja, sesuai minat, pengalaman dan kemampuan. Selebihnya adalah patuhi aturan yang berlaku, seperti tidak plagiat dan menyenggol isu SARA.

Berbeda dengan platform blog lainnya, interaksi di Kompasiana terbilang seru dan insightful. Berawal dari sering blogwalking, meninggalkan penilaian dan komentar, interaksi jadi lebih akrab sampai ada yang membentuk komunitas, bahkan menulis buku bersama.

Saya termasuk Kompasianer yang beruntung karena bisa merasakan dampak positif dari interaksi ini. Berkat undangan dari Kompasianer Ruang Berbagi (Romo Bobby), saya bisa bergabung dengan Komunitas Inspirasiana pada tahun 2020 lalu. Bersama rekan-rekan lainnya, saya ikut menyumbang tulisan untuk dua buku bunga rampai yang berhasil diterbitkan oleh Komunitas Inspirasana.

Buku bunga rampai pertama berjudul Pelangi Budaya dan Insan Nusantara (2021), berisi artikel-artikel mengenai keragaman budaya dan tradisi lokal di berbagai daerah di Indonesia. Sementara yang kedua, berjudul Aksara Bemakna terbit setahun setelah bunga rampai pertama. Isinya adalah kisah-kisah pengalaman hidup, hasil pemikiran dan perenungan para penulisnya yang dituangkan dalam bentuk fiksi maupun nonfiksi.

Saya adalah orang yang percaya bahwa suatu tulisan bisa memberi manfaat atau dampak tertentu, baik bagi orang lain maupun bagi penulisnya sendiri. Itu sebabnya saya berusaha untuk senantiasa hati-hati dalam menulis.

Selama 5 tahun ber-Kompasiana, saya telah menulis 478 artikel. Jumlah yang terlampau sedikit untuk bisa dikatakan sebagai Kompasianer produktif.

Dari 478 artikel, ada tiga tulisan yang saya anggap sebagai bagian dari pencapaian kecil-kecilan saya selama 5 tahun berkarya di Kompasiana.

Pertama adalah artikel saya yang terbit pada tahun 2020 lalu tentang colorisme, istilah yang sering disamakan dengan rasisme, tetapi sebenarnya ia lebih spesifik merujuk pada diskriminasi berdasarkan warna kulit. Saya tidak tahu bagaimana ceritanya artikel itu bisa ditemukan oleh seorang mahasiswa yang lagi skripsi dan kebetulan topik skripsinya juga berkaitan dengan colorisme. Merasa relevan dengan topik skripsinya, dia pun menghubungi saya dan meminta saya jadi responden penelitiannya.

Kedua adalah artikel yang saya tulis tepat di Hari Perempuan Internasional 2022. Artikel itu berisi keresahan saya terhadap pandangan masyarakat yang masih menganggap status janda sebagai aib. Keresahan ini juga diperparah melalui media yang kerap menjadikan janda sebagai objek fantasi seksual laki-laki.

Artikel itu mendapatkan tanggapan positif, termasuk dari admin Kompasiana sehingga menaikkannya menjadi Headline. Bahkan, Kompasianer Ibu Yuli Anita kemudian menjadikan artikel itu sebagai inspirasi cerpen karyanya yang mengangkat topik perihal olok-olok terhadap janda. Cerpennya bagus dan saya berterima kasih kepada penulis.

Terakhir adalah artikel kritik terhadap masalah sampah di Jogja, yang tidak hanya berhasil mendapat label Headline, tetapi juga tayang di kolom Kompas.tv. Artikel tersebut sampai mendapat tanggapan dari Ketua Forum PKP Kabupaten Tangerang yang menghubungi saya lewat surel.

Sebetulnya sih saya senang saja kalau ada yang notice tulisan saya. Tapi sejujurnya saya akan lebih senang lagi kalau artikel soal masalah sampah itu juga di-notice oleh Pemda Jogja, misalnya. Karena yang saya sorot adalah kondisi di kota tempat saya tinggal, suatu hal yang juga terjadi di lingkungan perumahan saya. Jadi ya, Anda tahulah kritik ini saya tujukan kepada siapa.

Sebagaimana judul topik pilihan, "16 Tahun Kompasiana, Beri Dampak bagi Semua!", saya harap Kompasiana tetap konsisten mendukung dan mewadahi konten-konten berkualitas dan berdampak. Konten berdampak disini tidak selalu harus memicu aksi besar macam Peringatan Darurat yang sempat ramai beberapa waktu lalu. Tidak juga harus seperti "Letter from a Birmingham Jail"-nya Martin Luther King Jr. yang mampu memicu perubahan sosial politik dengan membangkitkan semangat kesetaraan hak masyarakat kulit hitam. 

Sesederhana orang lain merasa bahagia, terinspirasi atau termotivasi untuk melakukan hal baik, meski hanya seorang, itu sudah menunjukkan kalau tulisan Anda berdampak. 

Tulis saja apa yang kita suka dan apa yang kita pahami. Kalau kita belum melihat dampak atau manfaat dari tulisan kita sekarang, mungkin besok, lusa atau barangkali ketika kita sudah tiada. Siapa tahu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun