Kalau hanya melarang istri bekerja, tanpa ada komunikasi, alasan pelarangan dibuat-buat, tidak bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar ditambah melakukan KDRT pula, ini baru kekerasan.
Adapun pembatasan akses finansial lainnya yang termasuk kekerasan ekonomi adalah pengambilan keputusan keuangan (biasanya terkait dengan pengeluaran rumah tangga, khususnya keputusan keuangan yang besar dan krusial) secara sepihak, kritik berlebihan atas setiap keputusan keuangan yang dibuat dan sebagainya.
2. Membatasi akses komunikasi dan interaksi pasangan dengan keluarga serta teman-temannya
Seharusnya, pernikahan bukan alasan untuk membatasi apalagi melarang interaksi dan komunikasi pasangan dengan keluarga maupun teman-temannya.Â
Sosialisasi itu kebutuhan. Orang bisa saja stres, kesepian, dan merasa terisolasi ketika kebutuhan sosialisasinya tidak terpenuhi.Â
Yang lebih parah adalah kalau pasangan sampai menyita alat komunikasi dan mengontrol semua medsos. Ketika terjadi KDRT, mau kontak siapa juga bingung karena alat komunikasi diambil alih.Â
Ini berlaku juga buat teman-teman yang pacaran.Â
Kadang ada lho, pacar yang saking posesifnya jadi terlalu mengontrol. Seluruh password medsos dan isi handphone (termasuk isi chat WA) harus diberitahukan ke pacarnya. Manusia spesies ini biasanya juga suka melarang pacarnya bergaul dan berkomunikasi (baik tatap muka maupun tidak) dengan lawan jenis, meskipun itu hanya interaksi sewajar dan seperlunya.
Memang, sikap posesif seseorang ada kalanya berhubungan dengan masa lalu orang tersebut, seperti pernah dikhianati orang terkasih. Rasa trauma diselingkuhi itu menjadikan sikap posesifnya sebagai defense mechanism ketika menjalin hubungan dengan orang lain di kemudian hari.Â
Masalahnya, mereka sering tidak sadar (atau sadar tapi pura-pura tidak sadar) kalau sikapnya ini juga bisa melukai pasangan dan membuat hubungan jadi tidak sehat.
3. Perilaku love bombingÂ