Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

3 Perilaku Manipulatif Pelaku KDRT yang Dapat Memperburuk Kondisi Korban

13 Oktober 2023   17:16 Diperbarui: 14 Oktober 2023   08:45 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau hanya melarang istri bekerja, tanpa ada komunikasi, alasan pelarangan dibuat-buat, tidak bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar ditambah melakukan KDRT pula, ini baru kekerasan.

Adapun pembatasan akses finansial lainnya yang termasuk kekerasan ekonomi adalah pengambilan keputusan keuangan (biasanya terkait dengan pengeluaran rumah tangga, khususnya keputusan keuangan yang besar dan krusial) secara sepihak, kritik berlebihan atas setiap keputusan keuangan yang dibuat dan sebagainya.

2. Membatasi akses komunikasi dan interaksi pasangan dengan keluarga serta teman-temannya

Seharusnya, pernikahan bukan alasan untuk membatasi apalagi melarang interaksi dan komunikasi pasangan dengan keluarga maupun teman-temannya. 

Sosialisasi itu kebutuhan. Orang bisa saja stres, kesepian, dan merasa terisolasi ketika kebutuhan sosialisasinya tidak terpenuhi. 

Yang lebih parah adalah kalau pasangan sampai menyita alat komunikasi dan mengontrol semua medsos. Ketika terjadi KDRT, mau kontak siapa juga bingung karena alat komunikasi diambil alih. 

Ini berlaku juga buat teman-teman yang pacaran. 

Kadang ada lho, pacar yang saking posesifnya jadi terlalu mengontrol. Seluruh password medsos dan isi handphone (termasuk isi chat WA) harus diberitahukan ke pacarnya. Manusia spesies ini biasanya juga suka melarang pacarnya bergaul dan berkomunikasi (baik tatap muka maupun tidak) dengan lawan jenis, meskipun itu hanya interaksi sewajar dan seperlunya.

Memang, sikap posesif seseorang ada kalanya berhubungan dengan masa lalu orang tersebut, seperti pernah dikhianati orang terkasih. Rasa trauma diselingkuhi itu menjadikan sikap posesifnya sebagai defense mechanism ketika menjalin hubungan dengan orang lain di kemudian hari. 

Masalahnya, mereka sering tidak sadar (atau sadar tapi pura-pura tidak sadar) kalau sikapnya ini juga bisa melukai pasangan dan membuat hubungan jadi tidak sehat.

3. Perilaku love bombing 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun