Sudah diajarkan sejak kecil kalau buang sampah itu di tempat sampah, malah buang sampah di sungai.
Di mata pelajaran fisika kita belajar kalau air mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Nyatanya pengetahuan itu tidak membuat kita berhenti menggunduli hutan-hutan dan bukit-bukit.
Dulu, ibu kerap menyuruh kita untuk menghabiskan makanan agar "nasi yang tertinggal tidak menangis". Itu memang hanya mitos. Namun, saat dewasa dan pengetahuan kita berkembang, buang-buang makanan ternyata punya konsekuensi lingkungan yang tidak main-main.
Akibatnya? Banjir, tanah longsor, kekeringan dan beberapa bencana ekologis melanda.
Idul Fitri sering dimaknai sebagai hari kemenangan. Namun, apakah kita pantas atas kemenangan tersebut? Menang dari apa?
Alih-alih hanya larut dalam euforia, Idul Fitri seharusnya bisa jadi titik awal untuk melanjutkan maupun meningkatkan kebiasaan-kebiasaan baik. Bukan hanya yang berhubungan dengan kesalehan ritual, melainkan juga kesalehan sosial bahkan ekologis.
Jika selama ini kita melakukan diet untuk menjaga kesehatan atau demi mendapatkan tubuh ideal, mengapa tidak mencoba diet plastik untuk mengurangi sampah plastik? Atau menghemat energi, air bersih dan konsumsi makanan secukupnya agar tidak buang-buang makanan?
Pergerakan manusia dalam jumlah besar yang terjadi setiap Idul Fitri (baca: mudik) memang turut menyumbang jejak karbon yang besar, terutama dari asap kendaraan.
Meminimalkan jejak karbon yang dihasilkan dari aktivitas ini pun tidak mungkin dilakukan dengan melarang masyarakat mudik. Namun, kita bisa melakukannya dengan memanfaatkan transportasi umum atau memperhatikan muatan serta perawatan kendaraan apabila mudik dengan kendaraan pribadi.
Tanggung jawab menjaga lingkungan memang tidak bisa dilakukan sendiri.
Mengubah kebiasaan dan gaya hidup menjadi ramah lingkungan meski dampaknya tidak terlalu signifikan dan masif, tetap penting untuk dilakukan. Setidaknya, kita telah mengupayakan di level kesadaran individu dan keluarga ketimbang hanya diam menunggu kapan ada kebijakan publik yang pro lingkungan.