Saya tidak habis pikir mengapa sesukses apapun karier, pencapaian atau kontribusi perempuan di ruang publik, ia masih saja dituntut atas tanggung jawabnya di ruang privat. Pertanyaan-pertanyaan tentang siapa yang mengurus anak kalau ibunya sibuk kerja selalu dialamatkan kepada perempuan. 'Bikin'nya berdua kok yang harus mengurus cuma ibunya?Â
Hal inilah yang kerap membuat perempuan terpaksa menyerah pada pekerjaan, mimpi bahkan hobinya. Entah ia merasa tidak lagi punya waktu untuk dirinya sendiri atau takut dicap egois dan tidak bertanggung jawab.Â
Urusan Privat yang Perlu DiintervensiÂ
Negara, sebetulnya memang tidak perlu masuk terlalu dalam mengurusi urusan privat warga negaranya, selama tidak mengganggu ketertiban umum. Namun, perubahan untuk nasib perempuan di ruang privat, siapapun harus terlibat di dalamnya.Â
Ketidakberdayaan perempuan di ruang privat, dampaknya besar dan tidak hanya terbatas pada ruang privat.Â
Bayangkan jika perempuan tidak mendapat akses pendidikan yang baik lalu dinikahkan di bawah umur. Bisakah ia menjadi perempuan yang berdaya di rumah tangganya? Bisakah ia berfungsi sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya? Peradaban atau generasi macam apa yang akan hadir di kemudian hari jika perempuan tidak memperoleh hak dasarnya atas pendidikan, kesehatan atau pekerjaan yang layak?Â
KDRT itu juga ranah privat. Namun, butuh diintervensi karena itu merupakan tindakan yang merendahkan harga diri dan martabat kemanusiaan. Pelaku KDRT sejatinya sudah merampas hak orang lain untuk mendapatkan rasa aman dari tindakan yang membahayakan atau mengancam keselamatan dirinya.Â
Aman dan Berdaya di Ruang Privat Maupun PublikÂ
Seiring dengan perkembangan zaman, ruang publik dan privat seharusnya menjadi sesuatu yang cair. Keduanya bisa saja bertukar atau dijalankan secara bergantian oleh perempuan dan laki-laki, tergantung situasi, kondisi dan kebutuhan masing-masing pihak.Â
Ada laki-laki KK, ada juga perempuan KK. Ada keluarga yang pencari nafkah utamanya adalah laki-laki dan perempuan yang mengurus rumah tangga. Sementara di keluarga lain, berlaku sebaliknya. Mana saja yang terjadi, bukanlah sesuatu yang aneh atau mesti dipandang negatif.Â
Setiap orang atau keluarga punya kondisi dan kebutuhan yang berbeda. Kita tidak bisa memaksakan kehidupan yang kita jalani pada mereka.Â
Sebagaimana yang tertulis dalam artikel yang saya baca tadi pagi itu, jika perubahan di ruang publik mengandalkan regulasi, perubahan di ruang privat mengandalkan kerja budaya. Tinggal bagaimana kita 'mengintervensi' urusan privat itu dengan cara apapun yang bisa kita lakukan untuk menciptakan ruang privat dan publik yang aman dan memberdayakan.Â
Selamat Hari Perempuan Internasional 2023. Selamat beristirahat.Â