Nah, sikap feminis kulit putih yang defensif, denial dan mengemis pengakuan ini namanya white savior complex.Â
Hanya karena berteman, menikah atau selalu bersikap baik dan sopan pada orang-orang kulit hitam, lantas mereka mengklaim diri sebagai pihak yang paling paham dan berjasa bagi orang-orang kulit hitam.Â
Ketika ucapan atau tindakan mereka yang menyinggung kelompok marginal dikritik, mereka tidak mau mengakui kesalahan dan malah menuding tindakan para pengkritik sebagai tindakan yang kasar, agresif dan memecah belah.Â
Feminisme SemuÂ
Feminis kulit putih dikritik karena ketidaksadaran mereka akan identitas dan privilese yang dimiliki. Seolah semua perempuan menanggung beban dan tantangan yang sama sehingga memaksakan solusi yang seragam tanpa melihat latar belakang masalah yang lebih besar dan kompleks.Â
Mereka lupa bahwa identitas dan privilese yang dimiliki oleh seorang perempuan akan membentuk pengetahuan dan pengalaman yang beragam.Â
Orang-orang kulit putih lebih tidak khawatir diteriaki dengan kata-kata rasis atau menjadi korban kekerasan orang tak dikenal di ruang publik.Â
Mereka juga tidak perlu khawatir anggota keluarganya menjadi korban brutalitas polisi sebagaimana yang pernah menimpa George Floyd.Â
Seandainya terjadi sesuatu yang buruk, mereka mampu membayar premi asuransi kesehatan dan lebih berpeluang mendapat pelayanan kesehatan yang lebih baik.Â
Ketika perempuan di beberapa negara mayoritas muslim bisa dihukum penjara karena tidak berjilbab, muslimah di Barat dilarang mengenakannya. Bahkan menganggapnya sebagai bentuk opresi terhadap perempuan.Â
Orang-orang dengan identitas gender dan seksual yang tidak tipikal dalam pandangan masyarakat, tidak hanya akan diolok-olok tapi juga lebih rentan mengalami kekerasan.Â
Sayangnya, feminisme kulit putih gagal melihat dan merangkul realitas yang terjadi pada kelompok tersebut.Â