Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Apa yang Membuat Siaran Radio Tetap Asyik Dinikmati?

7 Desember 2022   09:57 Diperbarui: 9 Desember 2022   20:27 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi orang mendengarkan siaran radio-image by StockSnap from pixabay

Ketika media informasi dan hiburan masih terbatas, radio adalah andalan dan kesayangan masyarakat.

Di masa pra kemerdekaan hingga Orde Baru (Orba), radio juga kerap digunakan sebagai alat propaganda.

Meski siaran radio pernah mengalami pembatasan (baca: muatan siaran tidak boleh mengkritik pemerintah) di zaman Orba, di tahun 80-an hingga 90-an industri radio mencapai puncak kejayaannya.

Di tengah gempuran portal berita daring, media sosial, aplikasi pemutar musik dan siniar (podcast), benarkah radio mulai ditinggalkan pendengarnya?

Survei Nielsen tentang jumlah pendengar radio pada kuartal III tahun 2016 menunjukkan bahwa siaran radio masih didengarkan oleh 20 juta orang dengan durasi rata-rata selama 139 menit. (1)

Masyarakat berusia 35-49 tahun atau yang termasuk dalam kategori generasi X menempati peringkat pertama dengan durasi mendengarkan radio terlama, yaitu 18 jam per minggu. Berikutnya, secara berturut-turut disusul oleh generasi baby boomer (50-56 tahun) selama 17 jam 20 menit, silent generation (65 tahun ke atas) selama 16 jam 22 menit dan milenial (15-34 tahun) selama 15 jam 37 menit.

Meski sekarang sudah sangat jarang medengarkan radio, saya merasa ada beberapa hal mengasyikan dari radio yang membedakannya dengan konten audio lainnya.

Pertama, request lagu

Zaman radio masih jaya-jayanya, radio adalah sumber hiburan untuk mendengarkan lagu-lagu, terutama lagu-lagu yang lagi hits. Pendengar bebas request mau lagu Indonesia atau Barat, genre pop, rock, jazz, dangdut, lagu baru atau lawas dan sebagainya.

Waktu masih sering dengar radio, saya juga suka mendengarkan lagu-lagu Jepang di salah satu radio lokal Jogja, Swaragama FM setiap Minggu sore. Salah satu penyiarnya orang Jepang asli yang bahasa Indonesianya cukup fasih.

Sekarang mau dengar lagu tidak perlu repot-repot request ke radio. Tinggal buka aplikasi pemutar musik atau buka YouTube kalau ingin sekalian lihat MV nya. Lagu bisa didengarkan kapan dan dimana saja. Bisa disetel berulang-ulang.

Namun, seenak-enaknya dengar lagu lewat Spotify, Google Play Music atau YouTube, entah kenapa mendegarkan lagu yang sama berulang-ulang lewat radio rasanya tak pernah bosan. 

Saya paling senang kalau lagu-lagu yang diputar atau di-request pendengar cocok dengan suasana hati. Rasanya seperti menemukan teman yang sedang merasakan hal yang sama.

Kedua, kirim-kirim salam

Masih berhubungan dengan poin pertama, pendengar yang request lagu biasanya sekalian kirim-kirim salam. Baik buat keluarga di kampung halaman, teman-teman setongkrongan, pacar yang lagi LDR, seseorang yang dikagumi secara diam-diam, penyiar yang sedang bertugas dan pendengar setia di manapun berada.

Oiya, kalau ada yang mau nembak gebetan, bisa lho sambil kirim-kirim salam sekalian mengungkapkan perasaan.

Malu didengar banyak orang? Kan bisa pakai nama samaran hehehe.

Tak jarang, penyiar sampai hafal dengan beberapa pendengar saking seringnya request lagu dan kirim-kirim salam. Bahkan saya yang pendengar saja ikut hafal.

Ketiga, sandiwara radio

Ketika sinetron stripping belum menjamur dan drama Korea belum booming seperti sekarang, alternatif hiburan bapak ibu yang besar di tahun 80-an sampai 90-an adalah sandiwara radio.

Saya memang tidak mengalami era kejayaan sandiwara radio di tahun-tahun tersebut, tapi masih sempat menemukan dan menikmati sandiwara radio di tahun 2000-an. 

Saya masih SMA (sekitar tahun 2010-an) ketika pertama kali mendengarkan sandiwara radio ini. Namanya Kos-kosan Gayam. Mengudara setiap Kamis malam di Geronimo FM.

Ceritanya yang ringan dan menghadirkan humor-humor segar yang relate dengan kehidupan mahasiswa rantau di Jogja menjadi hiburan yang pas dinikmati saat saya sudah lelah belajar.

Keempat, celoteh dan candaan para penyiar

ilustrasi penyiar radio-image by Mohamed Hassan from pixabay
ilustrasi penyiar radio-image by Mohamed Hassan from pixabay
Selain program-program yang menarik, radio jadi asyik karena kehadiran penyiar dengan pembawaanya masing-masing. Celoteh dan candaan mereka turut menemani hari-hari pendengar. Di perjalanan pergi-pulang sekolah atau kantor, di sawah atau kebun, di pos ronda maupun di waktu-waktu istirahat di malam hari.

Para penyiar ini nampak seperti selebriti lokal yang juga punya penggemar. Meski belum pernah lihat wujudnya, suara mereka mampu menarik perhatian.

Kalau sekarang sih, penasaran dengan wajah penyiar tinggal kepoin media sosialnya.

Selama siaran, tak jarang para penyiar juga membagikan informasi aktual atau tips bermanfaat. Sudah dapat hiburan, dapat pengetahuan baru pula.

Wasana Kata

Masa keemasan radio memang sudah lewat. Eksistensinya pun mulai tergerus oleh kehadiran siniar.

Namun, radio tidak benar-benar punah. Radio masih dibutuhkan sebagai sumber informasi, terutama di daerah-daerah yang belum tersentuh sinyal internet.

Radio masa kini berusaha untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi agar bisa bertahan dan bersaing dengan konten audio lainnya. Ia tak lagi tampil dalam bentuk fisik, tapi dalam bentuk fitur yang terdapat pada gawai. Dari yang konvensional, berinovasi dan bertransformasi menjadi radio digital atau streaming.

Nah, menurut pembaca, apa lagi hal-hal mengasyikkan dari radio yang berbeda dengan konten audio kekinian? Silakan sharing kalau ada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun