Jadi perempuan itu berat. Dilan aja belum tentu kuat.
Berpakaian terbuka dibilang murahan. Jilbab kurang panjang dibilang kurang salehah. Sudah bergamis dan berjilbab panjang masih juga digoda abang-abang dan fakboi syariah.
Lha terus perempuan kudu pakai apa?
Katanya, sebaik-baik perempuan adalah yang tinggal di rumah. Tujuan awalnya mungkin baik ya, untuk melindungi perempuan dari kejahatan yang ada di luar sana.Â
Tapi kok kita makin sering disuguhi kabar perempuan jadi korban kejahatan di rumah sendiri?
Ada istri yang jadi korban KDRT suaminya. Ada anak perempuan yang dinikahkan paksa oleh orangtuanya. Padahal si anak masih di bawah umur dan ingin sekolah.
Ada juga anak perempuan yang jadi korban pelecehan seksual oleh anggota keluarganya. Entah oleh pamannya, saudara laki-lakinya bahkan ayah kandungnya.Â
Dunia macam apa coba yang ditinggali oleh gadis sebelia itu?
Data Komnas Perempuan menunjukkan kekerasan terhadap perempuan paling banyak justru terjadi di ranah personal atau biasa kita kenal dengan nama kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Tiga teratas adalah kekerasan terhadap istri, kekerasan dalam pacaran dan kekerasan terhadap anak perempuan.
Namun, kita juga tidak bisa bilang kalau ruang publik lebih aman. Catcalling, pelecehan seksual di transportasi umum, perundungan di sekolah, seksisme di tempat kerja, dan sebagainya, menandakan bahwa ruang publik juga sama jahanamnya bagi perempuan.