Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ageisme, Ketika Bekerja Dibatasi oleh Syarat Usia Maksimal

14 November 2022   12:09 Diperbarui: 14 November 2022   15:18 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
seorang karyawan muda mendiskusikan project dengan karyawan senior-photo by Andrea Piacquadio from pexels

Sebagai orang yang menganut paham "pembelajar seumur hidup", melarang orang belajar dengan dalih sudah lewat batasan usia maksimal adalah suatu kejahatan. 

Dan inilah salah satu alasan Indonesia hanya punya sedikit doktor dan guru besar perempuan. 

Dampak Negatif Ageisme 

Mengutip dari medicalnewstoday.com, ageisme punya dampak serius terhadap kesehatan, seperti menurunkan kesehatan fisik, mental dan kualitas hidup seseorang seiring bertambahnya usia. 

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, Amerika Serikat (AS) menghabiskan biaya miliaran dolar per tahun untuk menangani masalah kesehatan penduduknya akibat ageisme. 

Keadaannya akan lebih parah pada individu yang sudah pensiun, kehilangan pasangan atau tidak bisa lagi bekerja karena menderita penyakit atau cacat. Oleh karena itu, seiring dengan meningkatnya jumlah orang dewasa tua, ageisme menjadi isu yang sangat penting di negeri Paman Sam. 

Sementara itu, di dunia kerja, yang makin lama menghadapi tantangan yang tidak mudah, merangkul keberagaman hukumnya wajib jika perusahaan ingin survive dan sustainable. 

Kreativitas, produktivitas, sense of belonging para karyawan akan lebih mudah tumbuh di lingkungan yang inklusif, supportif dan menjunjung nilai-nilai kesetaraan. 

Efeknya, meski secara tidak langsung dan dalam jangka panjang, akan memengaruhi profitabilitas perusahaan juga. Dan diskriminasi dalam bentuk apapun, termasuk ageisme, akan menghambat kemajuan perusahaan itu sendiri. 

Karyawan milenial dan gen Z boleh dibilang lebih canggih soal pengetahuan dan kemampuan teknologinya. Mereka boleh jadi lebih paham, peka dan terbuka dengan isu-isu kekinian bahkan yang sensitif dan tabu. 

Kita yang muda mungkin lebih pintar, tapi orang-orang tua telah hidup lebih lama dan lebih banyak pengalaman. Tanpa bimbingan dari karyawan senior yang bijak atau kemauan belajar dari mereka, anak-anak muda bakal rentan kesasar. 

Jika kemampuan dan pengalaman adalah pertimbangan utama dalam merekrut tenaga kerja, masihkah batasan usia maksimal diperlukan sebagai syarat? Tidak cukupkah kalau yang diterapkan hanya batas usia minimal saja? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun