Luka batin yang dipendam dalam waktu lama, tanpa mampu diungkapkan, semakin lama akan semakin menyakiti dan merusak. Dampaknya adalah menganggu kegiatan sehari-hari sampai berpotensi memicu self-harm atau melukai diri sendiri.
Seseorang yang memendam luka batin umumnya dapat mengalami ciri-ciri berikut.
- Lebih sensitif dari sebelumnya, lebih mudah menangis, marah atau tersinggung hanya karena masalah-masalah sepele
- Sering muncul perasaan negatif, mudah putus asa, pesimis dan khawatir berlebihan
- Suka membalas dendam, karena di masa lalu pernah disakiti, seseorang melampiaskan rasa sakit dan malunya pada orang lain dengan berperilaku sama buruknya dengan orang yang pernah menyakitinya
- Sulit memberi maaf dan memiliki trust issue yang besar, menyebabkan diri sulit bergaul dan memercayai orang lain
- Tidak mampu berempati dan bersimpati dengan siapapun
Nah, agar tidak salah paham lagi, berikut adalah hal-hal penting yang harus dipahami soal self-healing.Â
1. Self-healing tidak sama dengan liburan
Pada dasarnya, self-healing adalah teknik penyembuhan psikologis untuk menyembuhkan orang dari luka batin yang mengganggu emosi.Â
Sementara liburan bertujuan untuk refreshing, melepas penat dari padatnya kesibukan dan rutinitas.Â
Kondisi jiwa (mungkin juga kondisi kantong) dan kebutuhan keduanya berbeda. Orang dengan trauma atau luka batin yang dalam lebih butuh penyembuhan, pemulihan dan dukungan emosional, alih-alih hanya liburan.
2. Self-healing bisa dilakukan secara mandiri dan dengan cara yang sederhana
Sesuai namanya, self-healing adalah penyembuhan yang dapat dilakukan secara mandiri.Â
Berbeda dengan liburan atau postingan-postingan self-healing di media sosial yang rata-rata butuh duit, self-healing sebenarnya bisa dilakukan dengan cara sederhana dan murah meriah.Â
Adapun beberapa cara melakukan self-healing yang banyak direkomendasikan antara lain menulis ekspresif (bisa juga journaling), berlatih mindfulness, meditasi, melakukan positive self-talk, belajar memaafkan masa lalu dan lain-lain.Â