Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kekerasan dalam Dunia Pendidikan, Maskulinitas Toksik dan Fenomena "Negeri Tanpa Ayah"

12 September 2022   14:11 Diperbarui: 22 September 2022   10:19 1691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi perundungan pada anak sekolah-photo by Mikhail Nilov from pexels

Di Indonesia dan di banyak negara lain, hal ini erat kaitannya dengan peran gender tradisional yang hanya menimpakan tanggung jawab pengasuhan anak di tangan ibu, sedangkan tanggung jawab ayah hanya sebagai pencari nafkah. Padahal sosok dan peran ayah dalam pengasuhan anak bermanfaat dalam beberapa aspek khusus berikut. 

Misalnya, karakteristik ayah yang cenderung less protective dibandingkan ibu akan membuat anak untuk lebih berani bereksplorasi dan mengambil risiko. 

Sebagai laki-laki yang cenderung lebih mengedepankan rasionalitas, ayah juga dapat melatih anaknya untuk menggunakan pendekatan rasional dalam menyelesaikan suatu masalah. Dengan demikian, ketika dihadapkan pada suatu konflik, anak akan terlatih untuk tidak sedikit-sedikit pakai kekerasan apalagi main keroyokan. 

Jika dalam proses pengasuhan ibu mengajarkan tentang kelembutan, ayah mengajarkan tentang ketegasan. Ketegasan inilah yang akan melindungi anak sehingga ia tahu bagaimana membuat batasan diri, berkomunikasi asertif dan membela diri atau orang lain ketika hak-haknya dilanggar. 

Sementara itu, anak yang mengalami fatherless, rata-rata cenderung punya rasa percaya diri yang rendah, menarik diri dari kelompok sosial, rentan terlibat penyalahgunaan narkoba, rentan menjadi pelaku tindak kriminal dan kekerasan dan sebagainya. 

Kesimpulan 

Mungkin tulisan ini tampak seperti cocoklogi bagi Anda. 

Namun, apa yang membentuk pribadi seorang anak hingga ia dewasa kelak, tentu tidak lepas dari peran pola asuh orangtua bukan? 

Anak yang menjadi pelaku kekerasan di sekolah bukan melulu karena aturan sekolahnya yang kurang tegas atau guru-gurunya yang tidak bisa menangani anak nakal atau sistem pendidikan Tanah Air yang hanya mengedepankan pengajaran pada aspek kognitif tapi abai pada pendidikan moral dan spiritual. 

Mari kita kembalikan dulu masalah kekerasan ini ke pendidikan di rumah. 

Apakah sejak kecil anak sudah mendapat pelajaran tentang kekerasan? Misalnya, anak yang dituntut untuk harus selalu menunjukkan sisi maskulinitas (yang akhirnya jadi toksik), anak yang sering menerima atau melihat kekerasan yang dilakukan oleh orangtuanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun