Bangunan pabrik gula yang sudah tidak beroperasi itu kini ada yang beralih menjadi gudang, museum, balai desa, sekolah, lapangan, rumah sakit hingga kompleks asrama militer.Â
PG Madukismo sendiri pernah dihancurkan saat agresi militer Belanda II tahun 1948. Namun, dibangun kembali oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX tahun 1955 dan diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 29 Mei 1958 dengan nama PT Madu Baru PG/PS Madukismo.Â
Pembangunan kembali PG Madukismo selain bertujuan untuk menjaga produksi gula dalam negeri juga dimaksudkan untuk membuka lapangan kerja bagi masyarakat yang kehilangan pekerjaan karena banyaknya pabrik gula yang dibumihanguskan.Â
Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat Sekitar Pabrik GulaÂ
Sebuah studi yang dilakukan oleh guru besar ekonomi dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Harvard University menunjukkan, bahwa perekonomian masyarakat di wilayah Indonesia yang pernah menjadi sentra industri gula besar pada tahun 1800-an cenderung lebih produktif hingga saat ini dibandingkan wilayah-wilayah lainnya.Â
Studi yang berfokus pada jejak-jejak pabrik gula era kolonial di Pulau Jawa menunjukkan bahwa desa-desa di sekitar pabrik gula pada tahun 1830-1870-an diketahui memiiki kegiatan ekonomi yang lebih besar, manufaktur yang lebih luas dan infrastruktur pendidikan yang lebih banyak sehingga tingkat pendidikan masyarakatnya lebih tinggi.Â
Setidaknya hal ini dapat ditemukan di sekitar PG Madukismo. Fasilitas publik bermunculan di sekitar pabrik, seperti perumahan karyawan yang bergaya kolonial, klinik kesehatan, apotek, sekolah, minimarket. Adanya pasar desa, warung-warung makan dan kegiatan usaha lainnya berdampingan dengan aktivitas pabrik sehingga menjadikan daerah ini ramai.Â
Sistem transportasi di daerah-daerah sekitar pabrik gula juga berkembang lebih maju. Salah satunya ditandai dengan pembangunan rel kereta dan jalan raya, baik untuk lalu lintas logistik maupun manusia.Â
Di sore hari, kita bisa melihat truk-truk dan lori yang melintas di jalur rel yang melintang di sekitaran PG Madukismo mengangkut tebu ke pabrik.Â
Selain masih beroperasi, PG Madukismo juga telah dikembangkan menjadi agrowisata sehingga pengunjung dapat mengenal proses produksi gula dan spiritus.Â