Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

PG Madukismo: Sisa Jejak Kejayaan dan Sisi Gelap Industri Gula

24 Agustus 2022   13:44 Diperbarui: 24 Agustus 2022   18:10 1610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PG Madukismo menjadi satu-satunya pabrik gula di Yogyakarta yang masih beroperasi sampai hari ini. (sumber gambar: njogja.co.id)

Bangunan pabrik gula yang sudah tidak beroperasi itu kini ada yang beralih menjadi gudang, museum, balai desa, sekolah, lapangan, rumah sakit hingga kompleks asrama militer. 

PG Madukismo sendiri pernah dihancurkan saat agresi militer Belanda II tahun 1948. Namun, dibangun kembali oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX tahun 1955 dan diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 29 Mei 1958 dengan nama PT Madu Baru PG/PS Madukismo. 

Pembangunan kembali PG Madukismo selain bertujuan untuk menjaga produksi gula dalam negeri juga dimaksudkan untuk membuka lapangan kerja bagi masyarakat yang kehilangan pekerjaan karena banyaknya pabrik gula yang dibumihanguskan. 

Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat Sekitar Pabrik Gula 

salah satu bagian dari kompleks PG Madukismo (biasa menjadi pintu masuk truk pengangkut tebu)-dokpri
salah satu bagian dari kompleks PG Madukismo (biasa menjadi pintu masuk truk pengangkut tebu)-dokpri
Sebuah studi yang dilakukan oleh guru besar ekonomi dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Harvard University menunjukkan, bahwa perekonomian masyarakat di wilayah Indonesia yang pernah menjadi sentra industri gula besar pada tahun 1800-an cenderung lebih produktif hingga saat ini dibandingkan wilayah-wilayah lainnya. 

Studi yang berfokus pada jejak-jejak pabrik gula era kolonial di Pulau Jawa menunjukkan bahwa desa-desa di sekitar pabrik gula pada tahun 1830-1870-an diketahui memiiki kegiatan ekonomi yang lebih besar, manufaktur yang lebih luas dan infrastruktur pendidikan yang lebih banyak sehingga tingkat pendidikan masyarakatnya lebih tinggi. 

Setidaknya hal ini dapat ditemukan di sekitar PG Madukismo. Fasilitas publik bermunculan di sekitar pabrik, seperti perumahan karyawan yang bergaya kolonial, klinik kesehatan, apotek, sekolah, minimarket. Adanya pasar desa, warung-warung makan dan kegiatan usaha lainnya berdampingan dengan aktivitas pabrik sehingga menjadikan daerah ini ramai. 

perumahan karyawan bergaya kolonial-dokpri Luna Septalisa
perumahan karyawan bergaya kolonial-dokpri Luna Septalisa

Sistem transportasi di daerah-daerah sekitar pabrik gula juga berkembang lebih maju. Salah satunya ditandai dengan pembangunan rel kereta dan jalan raya, baik untuk lalu lintas logistik maupun manusia. 

Di sore hari, kita bisa melihat truk-truk dan lori yang melintas di jalur rel yang melintang di sekitaran PG Madukismo mengangkut tebu ke pabrik. 

 lori pengangkut tebu-dokpri Luna Septalisa
 lori pengangkut tebu-dokpri Luna Septalisa

Selain masih beroperasi, PG Madukismo juga telah dikembangkan menjadi agrowisata sehingga pengunjung dapat mengenal proses produksi gula dan spiritus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun