Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Fenomena Remaja Citayam dan Kebutuhan Masyarakat Akan Ruang Publik yang Inklusif

22 Juli 2022   10:24 Diperbarui: 23 Juli 2022   09:15 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
RTHP Embung Langensari di Kec.Gondokusuman, yang dijadikan daerah konservasi air di wilayah Kota Yogyakarta-dokpri Luna Septalisa

Fenomena remaja Citayam seharusnya dapat dijadikan alarm peringatan betapa wilayah Jabodetabek masih belum mampu menyediakan ruang publik yang inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat (meski Pemda setempat menyangkal fakta ini). Luasan RTHP di wilayah Jabodetabek pun masih kalah jumlah dengan pusat perbelanjaan.

Kalau mau ngeyel dengan mengatakan pusat perbelanjaan atau kafe termasuk ruang publik, memang siapa aja sih yang bisa mengaksesnya? Mayoritas yang datang paling-paling masyarakat urban kelas menengah ke atas kan? Lalu, di mana nilai inklusivitas atau kesetaraannya, jika ruang publik hanya bisa diakses oleh kelompok masyarakat tertentu? 

Wasana Kata 

Ketersediaan ruang publik yang inklusif adalah hak setiap masyarakat di suatu wilayah. 

Ruang publik yang inklusif artinya adalah ruang yang memungkinkan bagi setiap orang untuk dapat berkegiatan sesuai kebutuhannya, terlepas dari apapun latar belakang sosial, ekonomi dan budayanya. 

Selain itu, ruang publik juga harus terbuka dan ramah bagi beragam kondisi fisik manusia alias jangan cuma ramah bagi mereka yang able-bodied. 

Bahkan, keberadaan RTHP menjadi salah satu syarat dari pembangunan kawasan perkotaan yang berkelanjutan. 

Saya pikir fenomena remaja Citayam juga bisa dijadikan pelajaran bagi dunia planologi untuk berfokus pada perencanaan dan tata kota yang lebih berempati pada kebutuhan sesama manusia maupun lingkungan. 

Referensi: 1, 2, 3, 4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun