Utamakan untuk mengonsumsi produk pangan lokal dan segar dibandingkan makanan kemasan dan produk impor. Disamping harganya yang lebih terjangkau, kita juga ikut mendukung kesejahteraan ekonomi pedagang kecil.Â
Selain itu, kita juga harus membiasakan diri untuk membeli dan mengambil makanan secukupnya. Lalu, jangan lupa untuk menghabiskannya.Â
Ingat, Indonesia adalah negara dengan jumlah sampah makanan tertinggi kedua di dunia.Â
Padahal sampah makanan punya dampak lingkungan yang tidak main-main. Bayangkan saja, dalam kurun 19 tahun (2000-2019), timbunan sampah makanan menghasilkan emisi gas rumah kaca sebesar 1.702,9 megaton setara CO2 (MtCO2e) atau sama dengan 7,29% rata-rata emisi gas rumah kaca Indonesia per tahun.Â
Sampah makanan juga menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit. Studi Bappenas mengatakan bahwa kerugian ekonomi akibat sampah makanan mencapai Rp 213-551 triliun per tahun atau setara dengan 4-5% PDB Indonesia.
3. Minimalisme dalam bermedia sosialÂ
Sekarang, hampir setiap orang punya media sosial (medsos), terutama anak muda.Â
Lewat media sosial, kita dapat menjalin silaturahmi dengan mereka yang jauh atau yang sudah lama tidak bersua, memeroleh informasi atau pengetahuan, menyuarakan pendapat atau keresahan, berbagi momen kebahagiaan, mencari pendapatan sampai pamer kekayaan.Â
Di media sosial, kita juga bisa temukan postingan-postingan dari yang berfaedah sampai unfaedah.Â
Nah, pertanyaannya, bagaimana menerapkan gaya hidup minimalis dalam bermedsos?Â