Meski yang dilakukan adalah hal kecil dan sederhana, secara tidak langsung beliau telah menunjukkan bahwa perjuangan feminisme juga bicara soal empati atau kepekaan. Contohnya seperti yang terdapat dalam salah satu tulisan yang ditulis oleh Devi Adriyanti.
Suatu ketika di kantor Suara Muhammadiyah, tepatnya pada 2019, Buya Syafii sedang menerima tamu yang mengobrol dan mewawancarai beliau. Salah satu dari tamunya adalah seorang perempuan, Indonesianis, Nancy K. Florida.Â
Ketika waktu makan siang tiba, Nancy terlihat duduk di lobi kantor sambil memegang nasi kotak dan sebotol air mineral.
Mengetahui hal itu, Buya Syafii lantas meminta tolong pada seorang resepsionis untuk menaruh meja kecil di depan Nancy agar tamunya itu dapat makan dengan nyaman. Setelah meletakkan meja di dekat Nancy, barulah Buya Syafii mempersilakannya makan.
Di media, Buya Syafii pernah tampil membela Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok yang saat itu dijerat pasal penistaan agama. Pembelaan Buya bukan didasarkan pada status Ahok sebagai seorang minoritas melainkan atas dasar keadilan.
Buya bukan tipikal orang yang membela atau menentang seseorang atau sesuatu cuma karena ikut-ikutan pihak "yang paling ramai". Bukan pula tipikal orang yang asbun alias asal bunyi. Alasan di balik pembelaan beliau itu tetap dilandasi dengan ilmu.
Akibat sikap dan pernyataannya saat itu, orang-orang ramai menghujat Buya Syafii. Ada pula yang dengan tega mengutuk dan mendoakan keburukan bagi beliau. Namun, Buya Syafii tidak marah dan balik menghujat mereka.
Pribadi yang Merdeka
Ada banyak cerita tentang kebijaksanaan dan kesederhanaan hidup Buya Syafii Maarif yang bisa kita jadikan pelajaran. Beliau adalah sosok yang antara pikiran, ucapan maupun tindakannya sejalan dan selalu memberi keteduhan.
Pemikirannya adalah pelita di tengah kegelapan dan kesempitan berpikir kita yang gemar mengklaim kebenaran sebagai milik diri dan kelompoknya.Â
Ucapan dan sikapnya adalah oase di tengah kegersangan situasi sosial politik akibat perilaku para elite yang lebih sibuk berebut kuasa daripada bekerja untuk kesejahteraan rakyat.
Buya Syafii Maarif bukan seorang yang gila harta, pujian dan kekuasaan. Beliau adalah seorang pemikir independen yang tidak takut untuk menyuarakan kebenaran. Buya mengajarkan pada kita untuk membiasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa.